Scroll untuk baca artikel
BeritaGolkarOgan IlirPilkadaPolitikSumsel

Efek Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar pada Pasangan Mawardi-Anita: Ini Perspektif Medi Irawan Relawan MATAHATI

×

Efek Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar pada Pasangan Mawardi-Anita: Ini Perspektif Medi Irawan Relawan MATAHATI

Sebarkan artikel ini
Medi Irawan, Relawan MATAHATI. (Dok. Tribunepos.umbaran.com)

OGAN ILIR, TRIBUNEPOS.COM – Dalam perkembangan politik yang mengejutkan, pengunduran diri Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum Partai Golkar telah memicu berbagai spekulasi, terutama di tingkat pengurus daerah, termasuk di Sumatera Selatan.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran mengenai stabilitas dukungan Golkar terhadap pasangan calon kepala daerah, khususnya RA Anita Noeringhati dan Mawardi Yahya, yang sebelumnya mendapatkan dukungan signifikan dari partai tersebut.

Medi Irawan, salah seorang relawan untuk pasangan Mawardi Yahya – Anita Noeringhati (MATAHATI), memberikan pandangan mendalam mengenai dinamika ini.

Menurut analisisnya, posisi MATAHATI kemungkinan akan semakin menguat di tengah fenomena KIM Plus (Koalisi Indonesia Maju Plus), yang dapat mempengaruhi peta dukungan di daerah.

Gelombang tabung kosong menunjukkan bahwa posisi KIM Plus berpotensi menjadi kunci koalisi, yang bisa berdampak hingga ke tingkat daerah.

“Yang lebih berbahaya adalah kemungkinan perubahan peta dukungan lawan MATAHATI dengan masuknya elemen-elemen dari Prabowo di tubuh Golkar.

Ini menunjukkan bahwa kekuatan Prabowo dan Jokowi dapat mempengaruhi partai-partai koalisi seperti Koalisi Indonesia Maju Plus,” jelas Medi, Ahad (11/8/24).

Isu keretakan antara Anita Noeringhati dan Kahar Muzakir telah terbantahkan dengan adanya SK MATAHATI yang diterbitkan DPP Golkar beberapa waktu lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap MATAHATI tetap solid meskipun terdapat perubahan di tingkat pusat.

Mantan Panwaslu Ogan Ilir ini menambahkan, bahwa peta pilkada Sumatera Selatan bisa menjadi sangat berbahaya bagi pesaing jika KIM Plus terus mendukung MATAHATI.

Medi juga menyebutkan bahwa kabar mengenai kabinet KIM Plus dan pilkada serentak bisa menjadi korelasi positif menuju Indonesia Emas 2045.

“Dengan dinamika yang ada, kabinet KIM Plus dan pilkada serentak memiliki potensi untuk menciptakan perubahan signifikan di masa depan,” tambahnya.

Sementara itu, Anita Noeringhati, Ketua Harian Partai Golkar Sumatera Selatan, berusaha menenangkan kekhawatiran di tingkat daerah. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya belum menerima arahan lebih lanjut dari pusat terkait pengunduran diri Airlangga Hartarto.

“Kami masih menunggu instruksi resmi dari pengurus pusat mengenai langkah selanjutnya,” ujar Anita, menegaskan bahwa perubahan di tingkat pusat tidak serta-merta mempengaruhi dukungan yang telah diberikan pada pasangan calon di daerah.

Dengan situasi politik yang terus berkembang, analisis dan pemantauan terus dilakukan untuk memahami dampak dari perubahan ini terhadap peta politik di Sumatera Selatan dan secara nasional.

Sementara itu pengamat politik lokal menilai situasi mundur Airlangga Hartarto dari Ketum Golkar ini bisa juga berdampak pada peta politik dukungan partai ke para calon kepala daerah, termasuk ke pasangan Mawardi Yahya dan Anita.

“Karena dukungan itu belum final dan mengikat sampai ke syarat dukungan sah pencalonan diserahkan ke KPU, partai masih bisa merubah” ujar Yan Anwar pengamat lokal, Ahad (11/8/24).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan arah dukungan Golkar bisa dapat berubah seiring dinamika politik yang terjadi di tingkat pusat.

Lebih lanjut, pengamat tersebut juga menyoroti kabar adanya hubungan kurang harmonis antara Anita dan Kahar Muzakir, politisi senior Golkar. Kahar sendiri menjabat sebagai Ketua OKK DPP Partai Golkar atau orang nomor tiga di Golkar pusat, dinilai punya pengaruh kuat.

Kondisi ini bisa mempengaruhi situasi politik dukungan selanjutnya. Secara semuanya belum final, sampai pendaftaran dilakukan pada 27 Agustus mendatang, dan syarat dukungan B1-KWK partai paling lama 29 Agustus harus diserahkan ke KPU.

“Masyarakat bertanya apakah hubungan Anita dengan Kahar Muzakir sudah membaik? Terdengar kabar hubungan keduanya kurang harmonis karena adanya luka lama,” ungkapnya.

Dalam kondisi seperti ini, pengunduran diri Airlangga bisa menjadi katalis yang memperburuk atau justru memperbaiki situasi internal partai Golkar. (*)

 

Jadilah bagian dari perjuangan Tribunepos, bangun Indonesia dengan Literasi!