PALEMBANG, TRIBUNEPOS.COM – Hari itu, langit di atas Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang tampak cerah, seakan turut menyambut dengan hangat perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia tahun 2024.
Di tengah riuh rendah suasana, perhatian publik tertuju pada sekelompok pemuda-pemudi berbusana putih-putih yang siap mengemban tugas mulia: mengibarkan Sang Saka Merah Putih.
Mereka adalah Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kota Palembang, yang terdiri dari 64 siswa pilihan—32 putra dan 32 putri dari berbagai SMA di Kota Palembang.
Di antara mereka, ada sosok Msy. Nadhiatuz Zahra, yang namanya kini tengah menjadi perbincangan hangat, karena berhasil menorehkan diri sebagai salah satu dari 64 anggota Paskibraka Kota Palembang.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/08/FB_IMG_1723954381789.jpg)
Nadhia, begitu ia biasa dipanggil, bukanlah seorang gadis biasa. Di usia yang masih muda, siswa kelas XI SMA Plus Negeri 17 Palembang ini telah menunjukkan karakter yang kuat, disiplin, dan penuh semangat.
Tumbuh dalam keluarga yang mengutamakan pendidikan dan nilai-nilai moral yang tinggi, Nadhia tak pernah ragu untuk mengejar impiannya, salah satunya adalah menjadi anggota Paskibraka.
Perjalanan Nadhia menuju pengukuhan sebagai anggota Paskibraka tidaklah mudah. Proses seleksi yang ketat dan panjang harus ia lalui.
Dari ratusan peserta yang mendaftar, Nadhia berhasil lolos hingga tahap akhir dan dinyatakan layak menjadi bagian dari tim elit ini.
“Saat pertama kali mendengar nama saya dipanggil sebagai salah satu yang terpilih, perasaan saya campur aduk antara senang dan gugup. Ini adalah mimpi saya sejak lama, dan akhirnya bisa terwujud,” ungkap Nadhia dengan senyum haru.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/08/IMG-20240817-WA0024.jpg)
Seleksi Paskibraka bukan hanya menguji kemampuan fisik, tetapi juga mental. Para peserta harus melewati berbagai tes, mulai dari kemampuan baris-berbaris, wawasan kebangsaan, hingga tes kesehatan. Nadhia mengaku, selama masa seleksi, ia berusaha untuk memberikan yang terbaik, meski tantangannya tidak ringan.
“Yang paling berat adalah menjaga konsistensi. Setiap hari kami harus bangun pagi, berlatih hingga larut malam, dan tetap fokus pada tujuan. Tapi saya selalu ingat, ini bukan hanya tentang saya, tetapi juga tentang tanggung jawab sebagai penerus bangsa,” jelasnya.
Setelah lolos seleksi, tantangan berikutnya datang saat masa karantina dimulai. Selama 20 hari, Nadhia bersama rekan-rekannya ditempa dengan berbagai pelatihan, tidak hanya dalam hal baris-berbaris, tetapi juga pengetahuan tentang kepemimpinan, etika, dan rasa kebersamaan.
“Masa karantina ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Di sini, saya belajar banyak hal, bukan hanya tentang baris-berbaris, tetapi juga tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, bagaimana bekerja sama dalam tim, dan yang paling penting, bagaimana menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air,” kata Nadhia.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/08/Screenshot_20240817-183045_WhatsApp.png)
Sebagai seorang yang bercita-cita tinggi, Nadhia tidak hanya fokus pada tugasnya sebagai Paskibraka. Ia juga memanfaatkan waktu di masa karantina untuk menggali lebih dalam tentang sejarah dan makna kemerdekaan.
Baginya, menjadi bagian dari Paskibraka adalah sebuah kehormatan besar yang juga membawa tanggung jawab untuk menjaga dan meneruskan perjuangan para pahlawan.
“Satu hal yang selalu saya ingat, kemerdekaan ini bukanlah hadiah, tetapi hasil dari perjuangan panjang para pahlawan kita. Sebagai generasi muda, kita harus bisa meneruskan semangat mereka dengan menjaga persatuan dan terus berkontribusi untuk bangsa,” tegasnya.
Nadhia yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara, tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin dan kerja keras.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/08/FB_IMG_1723954390448.jpg)
Ayahnya, Edison Wahidin, adalah seorang advokat yang dikenal tegas, sementara ibunya, Sri Yusendang, adalah seorang bidan yang penuh dedikasi. Dari kedua orang tuanya, Nadhia belajar tentang pentingnya pendidikan dan tanggung jawab.
“Orang tua saya selalu mendukung apa pun yang saya lakukan, selama itu positif. Mereka mengajarkan saya untuk tidak mudah menyerah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan,” ujarnya.
Dorongan dan dukungan dari keluarga inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan Nadhia. Setiap kali ia merasa lelah atau putus asa, Nadhia selalu teringat nasihat dari ayah dan ibunya untuk terus berusaha dan berdoa.
“Mereka adalah motivasi terbesar saya. Tanpa dukungan mereka, mungkin saya tidak akan bisa berada di sini sekarang,” kata Nadhia dengan mata berbinar.
Selain dukungan keluarga, Nadhia juga sangat berterima kasih kepada para pelatih dan pembimbing yang telah membimbingnya selama masa karantina.
“Bapak dan ibu pelatih adalah sosok yang sangat berjasa bagi kami. Mereka tidak hanya mengajarkan teknik dan keterampilan, tetapi juga nilai-nilai moral dan disiplin yang akan kami bawa sepanjang hidup,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/08/IMG-20240817-WA0028.jpg)
Kini, setelah resmi dikukuhkan sebagai anggota Paskibraka, Nadhia memiliki harapan besar untuk masa depan. Ia bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan mengabdikan diri sebagai abdi negara.
“Saya ingin berkontribusi lebih banyak lagi untuk bangsa ini. Menjadi bagian dari Paskibraka adalah langkah awal, dan saya berharap bisa melanjutkan perjalanan ini dengan menjadi seorang pemimpin yang baik, yang bisa membawa perubahan positif bagi masyarakat,” katanya dengan penuh semangat.
Upacara pengibaran bendera di BKB Palembang pada tanggal 17 Agustus 2024 berlangsung dengan khidmat dan penuh rasa bangga. Nadhia bersama rekan-rekannya, dengan gerakan yang harmonis dan kompak, sukses menjalankan tugas mereka.
Momen ketika bendera merah putih berkibar di angkasa, diiringi lagu Indonesia Raya yang menggema, menjadi puncak dari seluruh rangkaian acara.
Di hadapan para pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan ribuan warga yang hadir, Nadhia merasa bahwa segala usaha dan pengorbanannya selama ini terbayar lunas.
Namun, di balik kesuksesan itu, Nadhia menyadari bahwa tugasnya belum selesai. Sebagai generasi muda, ia masih memiliki banyak tanggung jawab yang harus diemban.
“Ini baru awal dari perjalanan saya. Menjadi Paskibraka bukanlah akhir, tetapi sebuah awal untuk perjalanan yang lebih panjang. Saya akan terus belajar dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang bisa memberikan kontribusi nyata bagi bangsa ini,” ujarnya dengan tekad yang bulat.
Bagi Nadhia, menjadi anggota Paskibraka adalah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Dari proses seleksi, masa karantina, hingga puncak pengibaran bendera, semuanya memberikan pelajaran berharga yang akan ia bawa sepanjang hidup.
Dengan semangat yang berkobar, Nadhia siap melangkah ke depan, meneruskan perjuangan para pahlawan, dan menjaga bendera merah putih tetap berkibar di masa depan. Di bawah langit Palembang, ia berjanji, untuk selalu mengabdikan diri pada bangsa dan negara, dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawab. (*)
Jadilah bagian dari perjuangan Tribunepos, bangun Indonesia dengan Literasi!