Scroll untuk baca artikel
BeritaDesaOgan IlirPariwisata

Payo Bekemah Teluk Perepat: Mengenang Warisan Wisata dan Cinta Asmawi untuk Tanjung Pinang: Rindu, Sedih, Kebahagiaan Bercampur Aduk

×

Payo Bekemah Teluk Perepat: Mengenang Warisan Wisata dan Cinta Asmawi untuk Tanjung Pinang: Rindu, Sedih, Kebahagiaan Bercampur Aduk

Sebarkan artikel ini
Potret suasana tenda acara Payo Bekemah di Teluk Perepat Desa Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. (Dok. Tribunepos.umbaran.com/ Foto: Baheram)

OGAN ILIR, TRIBUNEPOS.COM – Suara cengkerik dan gemericik air di Teluk Perepat menjadi latar belakang bagi puluhan warga yang berkumpul di bawah sinar rembulan malam. Di sela-sela kerlap-kerlip api unggun, wajah-wajah penuh rasa haru dan rindu terlihat jelas di antara peserta “Payo Bekemah“.

Sebuah acara yang digelar oleh Karang Taruna Desa Tanjung Pinang bersama mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) dan diikuti oleh warga kedua desa.

Malam itu, mereka tidak hanya merayakan kebersamaan, tetapi juga mengenang sosok yang pernah menjadi pemimpin, pelindung, dan pengayom desa, yaitu mantan Kepala Desa Tanjung Pinang II, Asmawi, atau yang lebih dikenal dengan nama akrabnya, Mawek.

Acara “Payo Bekemah” kali ini adalah kali kedua diadakan di lokasi wisata Teluk Perepat, sebuah tempat yang dahulu hanya dikenal sebagai rawa-rawa tak terawat, namun kini telah berubah menjadi destinasi wisata.

Transformasi Teluk Perepat menjadi lokasi wisata unggulan desa, bukanlah kebetulan; ia adalah buah dari kerja keras, visi, dan dedikasi seorang Asmawi yang begitu mencintai desanya.

“Asmawi tidak hanya sekadar kepala desa, ia adalah bapak bagi kami semua,” ujar salah seorang peserta payo bekemah, yang malam itu hadir dengan mata berkaca-kaca.

Di setiap sudut Teluk Perepat ini, ada jejak tangan dan keringatnya. Malam ini, kita berkumpul bukan hanya untuk mengenang, tapi juga untuk mendoakan, agar segala amal baiknya diterima di sisi Tuhan.

Teluk Perepat yang dulunya sepi dan terabaikan kini telah menjadi simbol perjuangan dan cinta seorang pemimpin kepada rakyatnya.

Asmawi mencetuskan ide pengembangan Teluk Perepat di tengah keterbatasan anggaran desa. Dengan kegigihannya, ia berhasil mengajak masyarakat untuk bergotong royong, menebang semak belukar, membuat jalan setapak, dan membangun fasilitas yang kini dapat dinikmati oleh banyak orang.

“Saya masih ingat, Mawek selalu turun tangan langsung. Beliau tidak pernah hanya memberi perintah, tapi juga bekerja bersama kami,” kenang seorang warga yang turut serta dalam pembangunan awal Teluk Perepat.

Almarhum Kepala Desa Asmawi. (Dok. Tribunepos.umbaran.com)

Malam itu, dalam heningnya Teluk Perepat, doa-doa dipanjatkan untuk almarhum Asmawi. Suara tangis tertahan terdengar di antara mereka yang begitu dekat dengan Mawek. Kehadirannya yang penuh canda dan tawa seolah masih terasa di tengah-tengah mereka.

Warga, terutama para pemuda Karang Taruna, mengenang bagaimana Asmawi selalu menjadi inspirasi dan motivator utama dalam setiap kegiatan di desa.

Bukan hanya pembangunan fisik yang menjadi warisan Mawek, tetapi juga semangat kebersamaan dan gotong royong yang ia tanamkan.

Acara “Payo Bekemah” ini sejatinya adalah wujud dari nilai-nilai yang ia ajarkan kepada warganya.

“Mawek selalu berkata, ‘Kalau bukan kito yang menjaga dan memajukan desa ini, siapa lagi?’ Kata-kata itulah yang terus terngiang di benak kami,” ujar salah satu anggota Karang Taruna.

Di tengah acara, para peserta diajak untuk merefleksikan kebersamaan mereka dengan Asmawi. Kini cerita dan pengalaman mereka bersama sosok yang kini hanya bisa mereka temui dalam kenangan.

Dari cerita tentang kerja kerasnya di Teluk Perepat, hingga kisah-kisah sederhana yang penuh makna, semuanya menggambarkan betapa besar pengaruh Asmawi dalam kehidupan mereka.

Foto lokasi Payo Bekemah Teluk Perepat 2024. (Dok.Tribunepos.umbaran.com/ Foto: Hidayat Sazili)

Malam semakin larut, namun suasana kebersamaan semakin hangat. Api unggun yang terus menyala menjadi saksi bisu dari perasaan campur aduk yang dialami oleh para peserta.

Rindu, sedih, dan kebahagiaan berkumpul dalam satu malam di Teluk Perepat. Meskipun Mawek telah tiada, warisan semangatnya akan terus hidup di hati setiap warga Desa Tanjung Pinang.

“Payo Bekemah” kali ini bukan sekadar acara, tetapi sebuah perayaan atas warisan yang ditinggalkan oleh seorang pemimpin yang sederhana namun penuh dedikasi.

Teluk Perepat, yang dahulu hanya rawa tak berarti, kini menjadi monumen bisu yang bercerita tentang cinta dan perjuangan seorang Mawek.

Dan bagi warga Desa Tanjung Pinang, Mawek akan selalu hidup dalam setiap langkah mereka, di setiap jejak yang ia tinggalkan di Teluk Perepat.

Di bawah langit malam yang penuh bintang, Teluk Perepat berbicara tentang kebersamaan yang abadi, mengenang sosok yang tak akan pernah terlupakan. (*)

Penulis: Sandi Pusaka Herman (SPH)
Teman dan Sahabat Almarhum