Scroll untuk baca artikel
BeritaBerita UtamaEditorialNUSumsel

Dinamika di Balik Terpilihnya KH Muflihul Hasan sebagai Ketua PWNU Sumsel: Intrik, Kejutan, dan Kemenangan Tak Terduga

×

Dinamika di Balik Terpilihnya KH Muflihul Hasan sebagai Ketua PWNU Sumsel: Intrik, Kejutan, dan Kemenangan Tak Terduga

Sebarkan artikel ini
FOTO: Ketua PWNU Sumsel terpilih KH Muflihul Hasan, S.Ag, M.Si (tengah pakai jas hijau) dan Ketua Rois Syuriah terpilih KH. M. Dainawi Gerentam Boemi (baju putih pake sorban) saat foto bersama usai terpilih keduanya pada Konferwil Nahdatul Ulama Sumatera Selatan ke-23 di Kampus UIN Jakabaring, Palembang, Senin, 23 September 2024. (Dok. Tribunepos.umbaran.com)
  • Kuda Hitam yang Muncul di Detik Terakhir
Editorial Newsroom
Oleh: Sandi Pusaka Herman
Pemimpin Redaksi Tribunepos.com yang juga Wakil Ketua LPBH NU Provinsi Sumatera Selatan

TRIBUNEPOS.COM – Tak ada yang menyangka nama KH Muflihul Hasan SAg MSi, akan muncul sebagai ketua terpilih Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Selatan periode 2024-2029.

Bahkan di antara para peserta Konferwil ke-23, sosok Kiai Muflihul ini tak banyak dibicarakan.

Namun, seperti cerita yang kerap terjadi di panggung politik, nama yang tak masuk radar pencalonan justru menjadi bintang utama.

Kiai Muflihul Hasan, Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Musi Banyuasin, berhasil mengungguli rival pesaingnya KH Hendra Zainuddin, Ketua PCNU Kota Palembang yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Aulia Cendekia.

Dalam pemungutan suara, Kiai Muflihul mendapatkan 11 suara, sementara Kiai Hendra hanya memperoleh 6 suara. Hasil yang membuat banyak pihak terperangah.

Proses pemilihan Ketua PWNU Sumsel 2024-2029 itu berlangsung dengan ketat, namun penuh ‘intrik’.

Nama Kiai Muflihul Hasan baru muncul beberapa jam sebelum pengambilan suara, tepat setelah ba’da maghrib, pada Senin, 23 September 2024.

Sebelumnya, berbagai nama sempat digadang-gadang, termasuk Kiai Syafitri Irawan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumsel.

Namun, informasi yang berhasil dihimpun, Kiai Syafitri mendapat “telepon larangan” dari seorang tokoh berpengaruh di pusat (Jakarta), yang meminta agar ia tak maju sebagai calon.

Kiai Muflihul yang awalnya tak diunggulkan, ternyata muncul sebagai pilihan kompromi setelah beberapa nama calon utama pengganti Kiai Syafitri Irwan, yang akhirnya gagal maju.

Di antaranya karena isu kedekatan dengan partai politik yang saat ini lagi kurang harmonis dengan PBNU, atau karena tak memenuhi syarat formal pencalonan berupa tidak adanya sertifikat Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU).

“Saya kira banyak yang terkejut. Awalnya bukan nama Kiai Muflihul yang dibicarakan.

Tapi setelah beberapa nama tak memenuhi syarat, muncullah nama beliau,” ujar seorang sumber yang enggan disebutkan namanya.

Kuda Hitam yang Muncul di Detik Terakhir

Sebagai ASN Kementerian Agama yang menjabat Kepala KUA Sungai Lilin, Musi Banyuasin, Kiai Muflihul dikenal sebagai sosok yang sederhana namun cerdas dalam pergerakan.

Ia adalah alumnus aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi mahasiswa yang dikenal melahirkan banyak tokoh pergerakan Nahdliyin.

Namun, tak banyak yang mengira ia akan menjadi kandidat kuat dalam perebutan kursi Ketua PWNU Sumsel yang baru.

Sebelum terpilih, Kiai Muflihul sempat menjadi bagian dari tim pemenangan Kiai Syafitri Irwan yang akhirnya gagal maju.

Bahkan ia sempat memimpin rapat konsolidasi yang dihadiri oleh 9 (sembilan) pimpinan PCNU kabupaten/kota beberapa waktu lalu di salah satu hotel di Palembang.

Namun, situasi berubah cepat, dan tak lama kemudian, ia justru menjadi kandidat yang diajukan.

“Banyak yang melihat Kiai Muflihul ini sebagai kuda hitam. Awalnya mendukung atau tim pemenangan calon lain, tiba-tiba namanya muncul sebagai kandidat kuat,” ungkap sumber lain yang mengikuti proses di balik layar.

Kekuatan Besar di Balik Kiai Muflihul

Terpilihnya Kiai Muflihul bukan hanya soal strategi politik, tetapi juga diduga didukung oleh kekuatan dan jaringan besar di belakangnya.

Menurut informasi yang beredar, ada sosok berpengaruh secara finansial, jejaring dan politik yang menjadi pendukung utama kemenangan Kiai Muflihul.

“Ini bukan sekadar pemilihan biasa. Ada yang mengatur jalannya proses di balik layar. Banyak pimpinan PCNU ‘dikarantina’ di hotel di Palembang sebelum konferensi dimulai,” ujar seorang narasumber lain yang mengetahui dinamika pemilihan.

Dalam situasi yang penuh dengan taktik dan strategi tersebut, Kiai Muflihul berhasil keluar sebagai pemenang.

Sebuah kemenangan yang mungkin tak terduga, namun sangat nyata.

Pertarungan ini membuktikan bahwa dalam politik pencalonan ketua, terutama di organisasi sebesar NU, segalanya bisa berubah dalam hitungan jam.

Kiai Muflihul Hasan kini menakhodai PWNU Sumatera Selatan dengan tantangan besar di depan mata, termasuk bagaimana ia akan menghadapi dinamika organisasi yang penuh warna di wilayah ini.

Tak ada yang menyangka, tapi itulah yang terjadi. Semua sudah diatur oleh Alloh. Mari kita dukung Ketua PWNU yang baru… **

**Tulisan ini disusun berdasarkan informasi yang dihimpun dari beberapa sumber yang mengikuti jalannya Konferwil Nahdlatul Ulama Sumatera Selatan ke-23.

 

Jadilah bagian dari perjuangan Tribunepos, bangun Indonesia dengan Literasi!