TRIBUNEPOS, OGAN ILIR – Di saat Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir merayakan Hari Ulang Tahun Kabupaten ke-21 dengan pesta pora meriah dan hingar-bingar mendatangkan artis dari ibukota, kisah memilukan seorang warga miskin lanjut usia menyentak kesadaran masyarakat.
Romzi, kakek usia 70 tahun, warga miskin dari Desa Sejangko I, Kecamatan Rantau Panjang, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, yang menderita sakit ginjal dan paru-paru, terbaring lemah di rumahnya yang hampir roboh, hingga akhirnya viral di media sosial.
Kakek Romzi bukan sekadar potret seorang lansia miskin yang sakit. Ia adalah simbol jeritan rakyat kecil yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Rumah yang ia huni nyaris roboh, dapurnya sudah tak layak disebut tempat memasak, dan untuk makan sehari-hari pun bergantung pada belas kasih keluarga, sanak, dan tetangga.
Berawal dari unggahan di media sosial yang viral, menggambarkan kondisi mengenaskan kakek Romzi dan istrinya, publik tergerak untuk membantu.
Donasi mulai mengalir, sebelumnya, masyarakat telah mengumpulkan donasi sebesar Rp 2.956.000 yang langsung diserahkan kepada keluarga kakek Romzi yang digunakan untuk membawanya ke RSUD Tanjung Senai, Ogan Ilir, untuk mendapatkan perawatan medis.
“Alhamdulillah, BPJS KIS-nya aktif, jadi biaya rumah sakit gratis. Sekarang yang menjadi fokus kami adalah kebutuhan keluarga selama mendampingi kakek Romzi di rumah sakit,” tulis salah seorang warga yang turut menginisiasi penggalangan dana di akun medsos facebooknya, Rabu (8/1/25).
Sumbangan terus mengalir. Terbaru, bantuan tambahan sebesar Rp500.000 dari seorang dermawan ‘Hamba Alloh’ diterima untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarga Romzi.
“Jika ada yang ingin menyumbang lagi, kami siap menyalurkan, atau membeli perabotan rumah tangga untuk keluarga ini,” lanjutnya.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2025/01/FB_IMG_1736302354468.jpg)
Dimana Negara, Dimana Pemerintah?
Rumah kakek Romzi jauh dari kata layak huni. Dapur yang nyaris roboh dan kondisi rumah yang tidak mendukung membuat keluarga ini hidup serba kekurangan.
“Mereka hidup bergantung pada bantuan sanak saudara dan tetangga. Rumah sudah tidak layak ditempati,” kata seorang warga yang prihatin.
Donasi terus berdatangan, baik untuk membantu perawatan maupun memperbaiki rumah Romzi.
“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah khususnya Bupati Ogan Ilir, Panca Mawardi. Warga seperti kakek Romzi membutuhkan uluran tangan nyata, bukan sekadar perayaan yang meriah,” tambah penggalang dana.
“Pak Bupati, Pak Gubernur, bahkan Pak Presiden, tolonglah keluarga ini. Rumahnya tak layak huni, hidup mereka serba kekurangan, dan mereka sangat membutuhkan perhatian,” tulis Aldi seorang warga Pemulutan, Ogan Ilir.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2025/01/FB_IMG_1736250509738.jpg)
Panggilan Kemanusiaan
Aksi solidaritas masyarakat menunjukkan betapa kuatnya semangat gotong royong di tengah berbagai keterbatasan. Bagi yang ingin membantu, donasi dapat disalurkan melalui rekening Mandiri 1120016436995 atas nama Musnaini.
Donasi ini diharapkan tidak hanya membantu pemulihan kesehatan kakek Romzi, tetapi juga memberikan harapan baru bagi keluarganya untuk hidup lebih layak.
Selain itu, masyarakat berharap pemerintah daerah dapat segera mengambil langkah nyata untuk membantu Romzi dan keluarga, termasuk memperbaiki rumah mereka yang nyaris roboh.
“Semoga kisah ini mengetuk hati para pemimpin kita,” ucap salah satu nitizen.
Kisah kakek Romzi dan keluarganya mengingatkan kita semua pihak bahwa di tengah euforia dan pesta pora perayaan HUT Kabupaten Ogan Ilir ke-21 tahun di 2025 ini, masih ada rakyat kecil yang terabaikan membutuhkan uluran tangan.
Semoga pemerintah dan masyarakat dapat terus bergandengan tangan untuk membantu mereka yang membutuhkan.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2025/01/FB_IMG_1736250513086.jpg)
Sebelumnya diberitakan Gemerlap Pesta HUT Ogan Ilir ke-21 di Tengah Luka Warga Miskin, Milyaran Dihamburkan Bisa, untuk BPJS Gratis Tak Kuasa
Tanjung Senai bergemuruh. Ribuan warga memadati pusat pemerintahan Kabupaten Ogan Ilir untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 kabupaten ini.
Di atas panggung megah, artis dangdut Dini Fransiska, atau yang lebih dikenal sebagai Dini LIDA, di jadwalkan menghibur masyarakat Ogan Ilir pada pembukaan Ogan Ilir Expo 2025.
Kemeriahan ini akan mencapai puncaknya pada 12 Januari mendatang dengan penampilan Armada Band, yang dijadwalkan menutup rangkaian acara nanti.
Di balik kemewahan, kemeriahan dan hiruk-pikuk kegembiraan, ratusan juta mungkin sampai miliaran rupiah anggaran daerah mengalir demi pesta ini. Pemerintah menyebutnya sebagai wujud syukur atas perjalanan 21 tahun Kabupaten Ogan Ilir.
Namun, di balik gemerlap itu, ada cerita getir nan menyayat hati dari warga miskin di Desa Sejangko I, Rantau Panjang, Ogan Ilir, mencuat lewat unggahan Facebook Musnaini.
Sebuah unggahan di media sosial mengungkap realitas lain yang jauh dari kemeriahan. Musnaini, seorang warga Ogan Ilir, membagikan foto-foto dari Desa Sejangko I, Kecamatan Rantau Panjang.
“Semoga cepat sembuh, Wak Ik (Kakek Romzi). Kasihan nian, dalam keadaan sakit tinggal di rumah tidak layak huni,” tulisnya di akun Facebook.
Unggahan itu menampilkan kondisi rumah yang nyaris roboh. Dindingnya berlubang, lantainya lapuk, dan atapnya hanya berlapis daun yang bocor saat hujan. Di dapur, keluarga ini memasak dengan kayu bakar menggunakan ketel tua.
Wak Ik (Kakek Romzi), pria lanjut usia yang sakit-sakitan, hanya bisa terbaring di atas ranjang sederhana. Di sisinya, istrinya yang setia berjuang memastikan mereka bertahan hidup meski dengan keterbatasan.
Unggahan itu segera viral, menyulut reaksi dari masyarakat.
“Untuk artis dan panggung megah ada ratusan juta sampai miliaran rupiah, tapi rakyat kecil terlupakan begini,” ungkap Aldi warga Ogan Ilir, dengan nada getir kepada Tribunepos, Senin (7/1/2025).
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2025/01/FB_IMG_1736250506879.jpg)
Kisah kakek Romzi hanyalah sepotong dari banyak cerita serupa di Kabupaten Ogan Ilir. Kondisi seperti ini menjadi ironi saat pemerintah kabupaten baru saja menghentikan layanan BPJS gratis dengan alasan defisit anggaran.
Namun, untuk perayaan HUT, anggaran besar tampaknya bukan masalah.
Seorang aktivis lokal, Maman Sopian, menyebut perayaan ini tidak lebih dari sekadar panggung pencitraan.
“Ini jelas prioritas yang keliru. Ketika rakyat miskin kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dan tempat tinggal layak, pemerintah justru sibuk berpesta,” katanya.
Masalah kemiskinan di Ogan Ilir memang tak bisa dipandang sebelah mata. Banyak warga masih tinggal di rumah tidak layak huni, dengan akses terbatas ke fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
Musim hujan menjadi cobaan berat bagi mereka yang hidup di rumah rapuh seperti warga bernama Wak Ikk ini.
Beberapa masyarakat menilai, kemeriahan HUT Ogan Ilir ke-21 ini sarat nuansa pencitraan.
“Perayaan ini lebih kepada membangun citra pemerintah. Tapi, alih-alih meninggalkan kesan baik, justru melukai hati rakyat,” ujar Taqwa.
Semestinya, HUT Ogan Ilir ke-21 menjadi momen refleksi, bukan sekadar pesta mewah. Kemegahan di Tanjung Senai memang menyenangkan, tetapi apakah suara gemuruh rintihan kesusahan hidup masyarakat miskin di ‘bawah panggung’ benar-benar didengar?
Di Desa Sejangko I, Wak Ikk dan istrinya tetap bergelut dengan nasib dengan sangat memprihatinkan.
Perayaan ini, alih-alih menjadi perwujudan syukur, justru mengingatkan betapa jauh jarak antara panggung kemewahan elit pejabat dengan kenyataan pahit rakyat miskin di Ogan Ilir. **
TRIBUNEPOS – BICARA FAKTA, MENGINSPIRASI BANGSA