TRIBUNEPOS.COM – Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon Hee, jatuh sakit setelah suaminya, Presiden Yoon Suk Yeol, ditangkap pada Rabu, 15 Januari 2025. Penangkapan itu memicu gejolak politik dan menyita perhatian publik.
Anggota parlemen dari People Power Party (PPP), Kwon Young Jin, mengatakan kesehatan Kim memburuk setelah kejadian tersebut. Kwon mengaku menjenguk Kim beberapa hari lalu.
“Wajahnya terlihat sangat buruk. Saya merasa kasihan padanya,” kata Kwon dilansir dari The Korea Times.
Kwon termasuk dalam kelompok sekitar 30 anggota parlemen yang sempat mencoba menghalangi tim penyidik yang hendak menangkap Yoon di kediaman presiden. Ia juga sempat berbicara dengan Yoon sebelum sang presiden dibawa.
Seorang pejabat kantor kepresidenan mengungkapkan kepada JoongAng Ilbo bahwa Kim terlihat sangat kurus dalam beberapa waktu terakhir.
“Dia benar-benar sangat kurus, sampai kami khawatir,” ujar pejabat itu.
Setelah penangkapan suaminya, Kim Keon Hee tinggal seorang diri di kediaman presiden. Ia diperkirakan tetap berada di sana hingga proses sidang pemakzulan Yoon di Mahkamah Konstitusi selesai.
Beberapa ajudan mendesak agar Kim segera dibawa ke rumah sakit. Namun, hingga kini belum ada laporan resmi mengenai kondisi kesehatannya.
Menurut sumber internal, Kim kesulitan makan dan bergantung pada obat-obatan untuk menopang kesehatannya.
Kim jarang muncul di hadapan publik sejak dirinya terseret dalam kasus dugaan gratifikasi pada Juli 2024. Ia diduga menerima tas mewah sebagai hadiah, yang kemudian memicu penyelidikan.
Meski demikian, sebuah video yang diunggah di YouTube memperlihatkan Kim sempat berjalan-jalan bersama anjingnya beberapa saat sebelum penangkapan Yoon.
Di sisi lain, Cha Gyu Geun, anggota parlemen dari Rebuilding Korea Party, meminta Kementerian Kehakiman melarang Kim meninggalkan Korea Selatan.
“Kim bisa saja menjadi dalang utama atau co-conspirator dalam pemberontakan, tergantung hasil investigasi,” kata Cha.
Penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol dan kondisi kesehatan Kim Keon Hee kini menjadi sorotan utama di tengah pergolakan politik yang melanda Korea Selatan. **