TRIBUNEPOS, OGAN ILIR – Langit Palembang belum sepenuhnya cerah ketika sejumlah pengurus Yayasan Islam Al-Ittifaqiah Indralaya tiba di Kantor Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel di Plaju, Rabu pagi, 11 Juni 2025.
Di ruang kerja Executive General Manager (EGM) Erwin Dwiyanto, pertemuan berlangsung hangat dan penuh makna, mereka membahas masa depan energi—yang dirintis dari pesantren.
Sejak diluncurkan pada 2021, program Pertashop Pesantren menjadi salah satu upaya menjawab kesenjangan distribusi bahan bakar di desa-desa. Di tangan Al-Ittifaqiah, semangat keadilan energi itu menemukan jalannya.
“Pertashop adalah solusi nyata untuk mewujudkan BBM satu harga di pelosok negeri. Di situlah kami melihat peran pesantren tak hanya sebagai pusat pendidikan, tapi juga agen distribusi energi yang adil,” kata Nuhdi Febriansyah, Direktur Utama PT Bumi Energi Ittifaqiah—lembaga bisnis pesantren yang menangani operasional Pertashop.
Di hadapan EGM Erwin dan jajarannya, Nuhdi memaparkan capaian dan tantangan pengelolaan 9 (sembilan) titik Pertashop yang segera memasuki tahap operasional penuh.
Harapannya, dalam waktu sebulan ke depan, seluruh unit bisa berjalan optimal melayani masyarakat sekitar.
Erwin, yang didampingi Sales Area Manager Jimmy Wijaya dan Sales Branch Manager Arif, menyambut komitmen itu dengan dukungan penuh.
“Kami berharap operasional serta distribusi BBM berjalan lancar. Pesantren Al-Ittifaqiah adalah mitra yang kami percaya bisa membawa misi ini lebih jauh ke tengah masyarakat,” ujarnya.
Di Indralaya, puluhan kilometer dari kantor Pertamina, KH. Mudrik Qori menyambut kabar baik ini dengan syukur.
“Apresiasi kami kepada Pak Erwin dan seluruh jajaran Pertamina. Dukungan ini berarti besar bagi kami, dan semoga komitmen ini terus dijaga dan ditindaklanjuti,” kata Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah itu.
Pertemuan itu juga dihadiri Ketua Yayasan Islam Al-Ittifaqiah H.M. Joni Rusli, Kepala Badan Usaha Milik Yayasan (BUMY) YALQI Ari Alhadi, serta Direktur Keuangan PT Bumi Energi Ittifaqiah, Suib Rizal.
Dari pesantren, energi tak hanya dipelajari dalam teori, tapi juga dinyalakan—untuk desa, untuk keadilan, dan untuk masa depan. **
Kontributor: Eko Arisandi