Laporan: Zahra Amiya Tasya/ Jurnalis Magang Tribunepos
INDRALAYA, TRIBUNEPOS — Pagi yang mestinya membawa kabar gembira bagi puluhan siswa penerima Program Indonesia Pintar (PIP) di Indralaya justru diwarnai keluhan. Kamis (14/8/2025), sejak pukul 08.30 WIB, halaman Kantor Cabang BRI Indralaya di Jalan Lintas Sumatera KM. 35 dipadati siswa dan wali murid yang datang dari berbagai SD/MI. Mereka berharap bisa mencairkan dana bantuan tunai senilai Rp450.000.
Namun, di tengah harapan, antusiasme itu berbalik menjadi kegelisahan. Sejumlah wali murid mengeluhkan panjangnya antrean dan ketidakjelasan informasi pencairan. Salah satunya, Kamelia (40), ibu rumah tangga sekaligus wali murid SDN 14 Indralaya.
“Saya sudah antre satu jam lebih. Begitu sampai giliran menyerahkan berkas, pihak bank bilang pencairan tidak bisa dilakukan hari ini karena kuota pendaftaran sudah penuh,” kata Kamelia kepada Tribunepos.
Kamelia mengaku bingung. Dari pihak sekolah, ia mendapat informasi bahwa Kamis hari ini adalah hari terakhir pencairan. Dari total 10 siswa SDN 14 Indralaya penerima PIP, baru lima yang berhasil memasukkan berkas. Lima lainnya, termasuk anak Kamelia, belum jelas nasibnya.
“Pihak bank bilang berkas bisa diterima hari ini, tapi belum tentu dipanggil juga. Kalau tidak dicairkan hari ini, kami takut hangus. Jauh-jauh datang, ongkos keluar, waktu terbuang,” keluhnya.
Ia berharap ke depan ada sistem pencairan yang lebih teratur.
“Kalau bisa tiap sekolah dijadwalkan hari berbeda, jadi tidak menumpuk begini. Kami ini bukan cuma buang waktu, tapi juga biaya. Kadang sudah antre lama, pulang tanpa hasil,” ujarnya.

Pantauan Tribunepos di lokasi, antrean menumpuk di halaman hingga pinggir jalan. Wali murid tampak berdiri sambil memegang map berisi berkas. Beberapa siswa ada yang duduk di teras bank menunggu giliran.
Hingga berita ini diturunkan, pihak BRI Indralaya belum memberikan keterangan resmi terkait kebijakan teknis pencairan PIP hari itu. Situasi di lapangan masih ramai, dengan sebagian besar warga memilih bertahan menunggu kepastian.
Kisruh ini membuka kembali pertanyaan klasik, mengapa program bantuan yang mestinya meringankan, justru memberatkan penerimanya dengan prosedur berbelit, minim koordinasi, dan tanpa kepastian waktu? Program bernama “pintar” ini nyatanya belum cukup cerdas mengatur distribusi dana agar tepat waktu dan tepat sasaran. **