Laporan: Tri Andini Firdanti/ Jurnalis Magang Tribunepos
OGAN ILIR, TRIBUNEPOS – Sore itu, sekitar pukul 17.20 WIB, suasana perempatan Tanjung Senai, Indralaya mulai lengang. Beberapa pedagang terlihat menutup lapak lebih awal. Ridho, penjual es cendol yang baru membuka usahanya sejak Mei 2025, masih bertahan.
Dengan ember berisi cendol, santan, dan gula merah kental buatannya, ia menunggu pembeli terakhir sebelum akhirnya ikut membereskan gerobak.
Pendapatan Ridho dari berjualan es cendol, diakui tidak menentu.
“Kadang bisa naik, tapi sering juga turun dibanding bulan sebelumnya,” katanya, Rabu, 20 Agustus 2025.
Untuk bahan, gula dan santan ia beli dari toko sekitar, sementara cincau ia buat sendiri agar lebih segar.
Keputusan membuka kedai cendol ini ia ambil setelah memutuskan keluar dari pekerjaannya.
“Saya ingin merasakan kebebasan, tidak dikekang atasan,” ujarnya.
Baginya, meski pendapatan pasang surut, berdagang memberi kepuasan tersendiri.
Agar pembeli kembali, Ridho mengandalkan cita rasa gula merah yang lebih kental dan manis. Strategi sederhana itu, menurutnya, menjadi pembeda dari pedagang lain.
Namun, saat Tribunepos memantau sore itu, kondisi lapak Ridho cukup sepi, sama seperti pedagang lain di sekitar perempatan.
“Kalau lagi ramai, lumayan. Kalau sepi, ya begini, pulang bawa sisa,” kata Ridho, sambil tersenyum tipis.
**