JAKARTA, TRIBUNEPOS – Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) meninggalkan jejak kegaduhan. Bukan hanya satu, melainkan dua nama yang diklaim terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum, Mardiono dan Agus Suparmanto.
Agus bukanlah nama baru di panggung politik nasional. Pria kelahiran 23 Desember 1965 itu pernah dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Perdagangan pada Kabinet Indonesia Maju, meski hanya setahun menjabat—23 Oktober 2019 hingga 22 Desember 2020—sebelum digantikan Muhammad Lutfi.
Di luar politik, Agus dikenal sebagai pengusaha. Ia pernah memimpin PT Galangan Manggar Biliton (GMB), perusahaan yang menggarap proyek pembangunan dok kapal di Belitung Timur bersama anak usaha PT Timah Tbk.
Ia juga tercatat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) periode 2018–2022.
Yang menarik, Agus sejatinya adalah kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun dalam arena Muktamar PPP, namanya melesat dan diklaim terpilih aklamasi.
Situasi ini langsung memicu silang klaim dengan kubu Mardiono, Ketua Umum petahana yang juga menyatakan terpilih secara sah.
Di tengah kekisruhan politik itu, catatan harta kekayaan Agus mencuri perhatian. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 31 Maret 2021, ia memiliki total kekayaan Rp 1,62 triliun.
Kekayaan itu mencakup 15 bidang tanah dan bangunan di Jakarta Selatan, Bandung, Badung, hingga Singapura dengan nilai Rp 896 miliar.
Agus juga tercatat memiliki dua mobil mewah Lexus, surat berharga Rp 766 miliar, serta kas Rp 51 miliar. Setelah dipotong utang Rp 91 miliar, harta bersihnya masih lebih dari Rp 1,6 triliun.
Kontrasnya mencolok. Di satu sisi, Agus bergelimang kekayaan. Di sisi lain, PPP—partai yang kini ia klaim pimpin—terus mengalami penurunan suara dalam dua pemilu terakhir. Sejak 2014, perolehan kursi partai berlambang Ka’bah ini kian merosot.
Pertanyaannya, mampukah Agus, dengan modal finansial melimpah, mengangkat PPP keluar dari jurang elektoral? Atau justru Muktamar X ini akan semakin menjerumuskan partai warisan ulama itu dalam konflik kepemimpinan yang tak berkesudahan?. **