SUASANA Rumah Dinas Wali Kota Palembang, Senin (29/09/25) siang itu, terasa berbeda. Di antara deretan kursi yang dipenuhi kader putri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), aroma tumpeng kuning menguar, tanda syukur atas perjalanan panjang Korps HMI-Wati (KOHATI) yang kini genap berusia 59 tahun.
KOHATI Badko HMI Sumatera Bagian Selatan bersama KOHATI Cabang Palembang menggelar seminar nasional dengan tema “Refleksi Perjalanan KOHATI–FORHATI, Dari Kaderisasi ke Kontribusi Nyata”, Senin (29/09/25). Tema itu seakan merangkum semangat KOHATI dalam menengok jejak langkah, mengukur capaian, lalu menatap tantangan ke depan.

Di hadapan ratusan kader, alumni, hingga tokoh masyarakat, dua sosok perempuan menjadi pusat perhatian.
Ayunda Cut Emma Mutia Ratna, Presidium FORHATI Nasional dan Ayunda Andi Maraida, Ketua Umum KOHATI PB HMI periode 2004–2006.
Cut Emma sapaan akrabnya, mengingatkan pentingnya peran alumni KOHATI dalam memperkuat posisi perempuan di ruang publik.
Sementara Andi Maraida, menuturkan perjalanan KOHATI sejak masa awal, kiprah generasi demi generasi, hingga proyeksi perempuan muslimah di masa depan.
“Dies Natalis ini bukan hanya perayaan usia, melainkan refleksi atas pengabdian panjang KOHATI,” ujar Meta Firdayanti, Ketua Umum KOHATI Badko HMI Sumbagsel.
Ia menekankan bahwa kaderisasi yang berkesinambungan adalah syarat mutlak agar perempuan muslimah bisa memberi kontribusi nyata.
Kalimatnya yang paling memantik tepuk tangan hadirin adalah soal pendidikan perempuan.
“Jika satu laki-laki dididik, maka yang terdidik hanyalah satu orang. Namun jika satu perempuan dididik, sesungguhnya kita sedang mendidik generasi demi generasi”. ucapnya.

Semangat refleksi juga disuarakan para tokoh yang hadir. Sekretaris Umum Badko HMI Sumbagsel menegaskan bahwa KOHATI dan FORHATI adalah cermin perjalanan panjang muslimah dalam sejarah bangsa.
Presidium Periodik FORHATI Sumsel, Dewi Kartika Sari, menyebut KOHATI sebagai “rumah kaderisasi” dan FORHATI sebagai “rumah pengabdian alumni.”
“Keduanya harus saling terhubung, agar kader muda dan alumni bisa bersinergi,” ujarnya.
Presidium FORHATI Nasional menambahkan bahwa kontribusi alumni KOHATI kini tak lagi terbatas pada ruang intelektual, tapi juga telah merambah kebijakan strategis bangsa.
Dari pendidikan, sosial, politik, hingga profesi strategis, kiprah mereka menjadi bukti bahwa kaderisasi KOHATI melahirkan muslimah yang berdaya.

Dukungan juga datang dari Majelis Nasional KAHMI melalui Rebo Iskandar Pohan. Ia menyebut sinergi KOHATI, FORHATI, dan KAHMI sebagai bukti bahwa HMI dan badan otonomnya tetap relevan dalam lintasan perjalanan bangsa.
Puncak acara ditandai dengan prosesi pemotongan tumpeng. Bukan sekadar seremonial, namun sebagai simbol rasa syukur atas usia yang mendekati 6 (enam) dekade.
Dari Palembang, gema refleksi ini mengalir sebagai pesan, KOHATI bukan hanya rumah kaderisasi, tetapi juga ladang pengabdian.
Dari kampus ke masyarakat, dari wacana ke aksi, dari masa lalu ke masa depan, langkah mereka terus diarahkan menuju cita-cita besar, Indonesia Emas 2045. **
Penulis: Sandi Pusaka Herman (Presidium KAHMI Ogan Ilir)