Laporan Jurnalis: Komaria Nzuri/ Tribunepos
OGAN ILIR, TRIBUNEPOS — Hamparan hijau membentang di Desa Sukamaju, Kecamatan Rantau Alai. Pagi baru merekah, tapi para petani sudah sibuk di sawah, sebagian menyiangi rumput, sebagian lagi memeriksa rumpun padi yang mulai menguning.
Inilah denyut utama kehidupan di Sukamaju—desa yang menjadikan pertanian sebagai nadi ekonomi dan identitas warganya.
“Mayoritas warga di sini petani. Kami hidup dari tanah,” ujar Usman, Sekretaris Desa Sukamaju, saat ditemui di kantor desa, Rabu (08/10/25).
Ia menjelaskan, potensi utama Sukamaju terletak pada budidaya padi, sayur-sayuran, dan pisang, yang menjadi sumber penghasilan utama masyarakat.
Desa ini memiliki sembilan kelompok tani aktif yang mengelola lahan pertanian secara bergilir sepanjang tahun.
Dalam satu musim tanam yang berlangsung sekitar tiga bulan, setiap hektar sawah mampu menghasilkan 8–12 ton padi.
Hasil panen dijual dengan harga Rp6.200–Rp6.500 per kilogram, tergantung kualitas gabah.
“Kami panen dua sampai tiga kali setahun. Kalau cuaca bagus, hasilnya bisa lebih dari biasanya,” kata salah seorang petani yang sedang menjemur padi di halaman rumahnya.
Tak hanya padi, kebun pisang dan sayur-sayuran turut memperkuat ketahanan pangan lokal. Sebagian hasil panen dijual ke pasar kecamatan, sebagian lagi dipasarkan langsung ke pembeli dari kota.
Bagi warga Sukamaju, bertani bukan sekadar pekerjaan, melainkan warisan yang dijaga turun-temurun.
“Selama tanah masih subur, kami yakin desa ini tidak akan kekurangan,” tutur Usman.
**