Scroll untuk baca artikel
BeritaHukumKampusNasionalPalembangSosok

Mengenal Sosok Muhammad Herman Septiawansyah, dari Tukang Las Menjadi Calon Advokat

×

Mengenal Sosok Muhammad Herman Septiawansyah, dari Tukang Las Menjadi Calon Advokat

Sebarkan artikel ini
Muhammad Herman Septiawansyah. (Foto: Tribuneypos)
Penulis: Sandi Pusaka Herman

PALEMBANG, TRIBUNEPOS Di bengkel kecil tempat ia dulu bekerja sebagai welder, Muhammad Herman Septiawansyah pernah bermimpi, suatu hari ia tak hanya mengelas besi, tapi juga memperjuangkan keadilan bagi orang lain.

Kini, di usia 39 tahun, pria kelahiran Palembang, 20 September 1986 itu tengah menapaki jalan baru — menyelesaikan studi S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda (STIHPADA) Palembang, dengan cita-cita menjadi seorang advokat.

Bagi Herman, perjalanan menuju dunia hukum bukan keputusan tiba-tiba. Ia menyebutnya sebagai panggilan hati.

“Dari dulu saya ingin membantu orang yang kesulitan mencari keadilan, tapi baru sekarang saya bisa mewujudkannya lewat pendidikan,” tuturnya pelan.

Ada satu kisah lucu yang masih ia kenang dari masa sekolahnya di SMK. Suatu ketika, dalam tugas menulis identitas diri, Herman menuliskan namanya sebagai “Muhammad Herman Septiawansyah, SH” — gelar yang kala itu belum ia miliki.

“Waktu itu saya cuma iseng, tapi entah kenapa dalam hati saya yakin, suatu hari nanti huruf ‘SH’ itu benar-benar akan melekat di belakang nama saya,” ujarnya sambil tertawa.

Lahir dari pasangan Drs. M. Amin Ismail dan Romlah, Herman tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun penuh nilai.

Ayahnya menanamkan disiplin dan keteguhan, sementara sang ibu mengajarkan arti kejujuran dan ketulusan.

Kini, bersama istrinya, Neneng Novriana, ia meneruskan nilai-nilai itu kepada tiga anaknya — M. Daffa Alkahfi, Zahida Qalbi Nadhifa, dan M. Raden Alkabir.

Sebelum menempuh pendidikan hukum, Herman lebih dulu menggeluti dunia kerja. Ia sempat menjadi welder di perusahaan swasta sebelum kemudian mendirikan usaha sendiri, CV. Billboard Visual Construction, yang bergerak di bidang konstruksi dan visual. Dari sana, ia belajar arti tanggung jawab dan pentingnya profesionalisme.

“Dari dunia usaha saya belajar ketegasan, dari dunia kerja saya belajar disiplin, dan dari kuliah hukum saya belajar keadilan,” ujarnya sambil tersenyum.

Kini, di sela kesibukannya mengelola perusahaan, Herman fokus menyelesaikan kuliah hukumnya di STIHPADA Palembang.

Ia berharap bisa segera lulus dan melanjutkan langkah berikutnya, menjadi pengacara yang berdiri di atas kebenaran.

“Menjadi advokat bagi saya bukan sekadar profesi, tapi pengabdian. Saya ingin jadi pembela bagi mereka yang tidak punya suara,” katanya penuh keyakinan.

Herman percaya bahwa setiap perubahan besar selalu dimulai dari niat baik dan usaha sungguh-sungguh.

“Hasil terbaik berawal dari niat yang baik,” ucapnya, mengulang motonya yang kini menjadi pegangan hidup.

Dari tukang las hingga calon advokat, perjalanan Muhammad Herman Septiawansyah adalah kisah tentang tekad, kerja keras, dan keyakinan bahwa jalan menuju cita-cita selalu terbuka bagi mereka yang tidak berhenti berusaha. (*)