Scroll untuk baca artikel
DesaOgan IlirPertanian & PerkebunanSumsel

Padi, Peluh, dan Perubahan, Desa Sejaro Sakti Menyemai Masa Depan

×

Padi, Peluh, dan Perubahan, Desa Sejaro Sakti Menyemai Masa Depan

Sebarkan artikel ini
Petani Desa Sejaro Sakti tampak menunduk serempak di petak sawah yang membentang. (Foto: Tribunepos)
Laporan: Zahrah Amiya Tasya/ Jurnalis Tribunepos

OGAN ILIR, TRIBUNEPOS — Di bawah langit pagi yang masih berembun, deretan petani Desa Sejaro Sakti tampak menunduk serempak di petak sawah yang membentang. Lumpur menempel di kaki, namun wajah mereka justru dipenuhi senyum.

Di tengah barisan itu, Kepala Desa Sejaro Sakti, Zahir, ikut turun tangan menancapkan bibit padi satu per satu.

Hari itu, Rabu, 23 Oktober 2025, menjadi awal penting bagi warga Sejaro Sakti. Bersama 27 orang petani, mereka memulai penanaman padi dalam program IP 200 (Intensifikasi Padi dua kali tanam dalam setahun) di lahan seluas 47 hektare.

Bagi Zahir, kegiatan ini bukan sekadar rutinitas musim tanam, melainkan simbol dari tekad untuk membangun ketahanan pangan desa dan menumbuhkan kembali semangat gotong royong di tengah perubahan zaman.

“Program IP 200 ini menjadi langkah nyata untuk memanfaatkan lahan secara maksimal dengan dua kali masa tanam dalam setahun.
Kami ingin menunjukkan bahwa petani Desa Sejaro Sakti mampu berinovasi dan beradaptasi demi kesejahteraan bersama,” ujar Zahir sambil mengusap keringat di dahinya.

Di pinggir sawah, terdengar canda dan tawa warga yang saling melempar sapaan. Ada yang membawa nasi bungkus dari rumah, ada pula yang menyiapkan air minum dingin untuk para penanam.

Suasana kekeluargaan begitu terasa—seolah kegiatan ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan perayaan kecil akan harapan baru.

Program IP 200 menjadi bukti bahwa semangat swadaya masyarakat masih hidup di Desa Sejaro Sakti.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah desa, mereka menargetkan hasil panen yang lebih melimpah, sekaligus memperkuat cadangan pangan lokal di tengah ketidakpastian iklim dan harga beras nasional.

Ketika matahari mulai condong ke barat, bibit-bibit muda sudah tertanam rapi di lahan yang membentang luas. Di situ tersimpan doa dan kerja keras warga desa—sebuah keyakinan bahwa dari lumpur sawah, kesejahteraan akan tumbuh kembali. (*)