Scroll untuk baca artikel
AdvokatBantenBeritaHukum & KriminalNasionalSosokViral

Bukan Perjalanan Instan, Teguh Budiawan dan Jalan Panjang Menjadi Advokat

×

Bukan Perjalanan Instan, Teguh Budiawan dan Jalan Panjang Menjadi Advokat

Sebarkan artikel ini
Teguh Budiawan, advokat muda asal Banten. (Foto: Tribunepos)
PROFESI Advokat, bagi sebagian orang, mungkin tampak seperti jalan singkat menuju prestise dan pengakuan. Namun bagi Teguh Budiawan, calon advokat muda asal Banten, perjalanan itu justru penuh liku, kesabaran, dan ketekunan yang tak bisa dicapai secara instan.
“Profesi ini bukan soal tampil di ruang sidang atau memakai jas hitam dengan dasi merah,” ujarnya perlahan dalam sesi podcast eksklusif Tribunepos, Rabu (08/10/25).
“Ini tentang tanggung jawab moral menegakkan keadilan dan melindungi hak setiap orang, bahkan mereka yang tak punya suara.”

Teguh menempuh pendidikan hukum di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Fakultas Syariah.

Sejak duduk di bangku kuliah, ia sudah akrab dengan dunia advokasi. Aktif di Permahi (Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia), ia terbiasa menyusun draf hukum, menulis opini, dan ikut turun langsung dalam kegiatan advokasi perlindungan perempuan dan anak.

Di masa itu, ia belajar bahwa hukum bukan sekadar pasal-pasal dingin di atas kertas, tetapi soal keberpihakan terhadap kemanusiaan.

“Saya belajar dari lapangan, bahwa tidak semua orang punya akses yang sama terhadap keadilan,” katanya.
“Itu sebabnya saya memilih jalan ini.”

Setelah lulus, Teguh menempuh pendidikan profesi advokat (menunggu sumpah), lulus ujian organisasi profesi, dan magang selama dua tahun di kantor hukum Nana Anggraena & Partner Law Firm di Serang.

Di sana, ia belajar langsung dari para senior tentang etika profesi, ketelitian dalam membaca kasus, dan keberanian dalam menyuarakan kebenaran di ruang sidang.

“Proses itu panjang dan melelahkan, tapi setiap tahap membuat saya sadar bahwa menjadi advokat bukan sekadar pekerjaan. Ini panggilan,” ujarnya mantap.
Teguh Budiawan, advokat muda asal Banten. (Foto: Tribunepos)

Teguh tak menapaki jalannya sendirian. Dua sosok senior menjadi inspirasi sekaligus panutan baginya, Faisal Rizal, SH dan Nana Anggraena, SH. Dua advokat berpengalaman yang membentuk arah dan sikap profesionalnya.

Menurut Faisal Rizal, melihat potensi besar dalam diri Teguh.

“Dia masih muda, tapi punya semangat kuat. Asal konsisten dan berkomitmen, insyaallah jadi advokat handal,” katanya. 

Faisal menilai Teguh sudah memiliki dasar skill drafting yang baik, meski masih perlu melatih kemampuan argumentasi.

“Yang penting dia cepat belajar dan punya kemauan tinggi, itu modal utama seorang lawyer.” ucap Faisal.

Sementara itu, Nana Anggraena, mentornya di kantor hukum tempat Teguh magang, menilai muridnya sebagai sosok yang konsisten dan bertanggung jawab.

“Teguh orangnya baik, rajin, dan punya niat tulus membantu orang mencari keadilan. Dia membawa semangat officium nobile, semangat mulia profesi advokat,” ujarnya.
“Kami saling belajar satu sama lain.” tambahnya dengan merendah.

Dalam wawancara yang berlangsung santai, Teguh berusaha meluruskan stigma publik tentang dunia hukum yang sering dianggap “keras” dan penuh intrik.

Menurutnya, hukum justru tempat di mana nilai kemanusiaan diuji dan dibuktikan.

“Kalau dijalani dengan hati, dunia hukum itu bukan medan pertempuran, tapi ruang untuk menegakkan kebenaran,” katanya.

Baginya, advokat bukan sekadar pembela klien, melainkan penegak keadilan yang wajib menjaga integritas.

“Seorang advokat tidak hanya bekerja untuk menang, tapi untuk memastikan hukum berdiri di tempat yang benar,” tegasnya.

Di akhir sesi, Teguh menyampaikan harapannya bagi generasi muda, terutama mahasiswa hukum yang sedang menapaki jalan panjang menuju profesi ini.

“Jangan terburu-buru ingin terkenal. Nikmati prosesnya. Belajar, jatuh, bangkit lagi. Karena menjadi advokat sejati bukan tentang gelar, tapi tentang karakter,” tutupnya dengan senyum ringan.

Suasana wawancara siang itu terasa hangat dan penuh inspirasi. Di balik tutur lembutnya, terpancar keyakinan seorang muda yang memilih jalan sunyi, membela keadilan bukan demi pujian, tapi demi nurani.

Melalui kisah Teguh Budiawan, Tribunepos berupaya memperlihatkan sisi lain dunia hukum, yang tak hanya dipenuhi pasal dan perkara, tapi juga idealisme dan kemanusiaan.

Bahwa di balik toga hitam dan meja sidang, ada sosok-sosok muda yang menapaki jalannya perlahan, menjaga integritas, dan menulis kisahnya sendiri di panggung keadilan. **

Penulis: Fadila Sangkut/ Jurnalis Tribunepos