Scroll untuk baca artikel
BawasluBeritaKPUNasionalPolitik

Didukung 15 Parpol, Endorse Jokowi, Tapi Kalah: Kritik Pedas Profesor Sulfikar Amir ke RK-Suswono

×

Didukung 15 Parpol, Endorse Jokowi, Tapi Kalah: Kritik Pedas Profesor Sulfikar Amir ke RK-Suswono

Sebarkan artikel ini
Tim Hukum Ridwan Kamil-Suswono Laporkan KPU dan Bawaslu Jakarta ke DKPP. -Tribunepos.umbaran.com 

TRIBUNEPOS.COM – Drama politik Pilkada Jakarta 2024 terus bergulir. Pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) masih bersikeras menolak hasil rekapitulasi KPU Jakarta yang menetapkan Pramono Anung-Rano Karno sebagai peraih suara terbanyak.

Kubu RIDO bahkan telah melaporkan KPU Jakarta ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), menuding adanya pelanggaran serius dan mendesak pemungutan suara ulang (PSU).

Namun, sikap tersebut menuai sorotan, tidak hanya di ranah politik tetapi juga di jagat media sosial. Salah satu komentar yang memantik perhatian publik datang dari Sulfikar Amir, profesor sosiologi dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, yang kerap menyentil isu-isu politik Indonesia.

Lewat akun X pribadinya, Minggu (8/12/2024), Prof Sulfikar melontarkan kritik pedas kepada kubu RIDO. Menanggapi pemberitaan tentang rencana tim sukses RK-Suswono menggugat KPU dan Bawaslu ke Mahkamah Konstitusi (MK) atas dugaan pelanggaran terstruktur, sistematis, dan masif (TSM), ia menyindir tajam.

“Udah didukung 15 parpol, udah diendorse Mulyono, udah menjegal Anies, tapi kalah,” tulisnya.

Sindiran itu merujuk pada koalisi besar di belakang pasangan RIDO, termasuk dukungan mantan Presiden Joko Widodo, yang ternyata belum cukup untuk memenangkan suara rakyat Jakarta.

Sindiran yang Menohok

Tak berhenti di situ, Prof Sulfikar menambahkan komentar bernada satir.

“Cuma anak kecil yang nangis karena gak diajak ke Disneyland,” cuitnya pada Senin (9/12/2024), menyamakan respons kubu RIDO dengan sikap kekanak-kanakan.

Cuitan tersebut langsung viral dan memicu gelombang reaksi dari netizen. Banyak yang ikut mengolok-olok pasangan RIDO, menyebut gugatan mereka ke MK sebagai langkah yang tidak berkelas.

“Harusnya terima dengan jiwa lapang dada,” tulis akun @Ni******.

“Kalo punya jiwa,” balas Prof Sulfikar, tak kalah sengit.

Ada pula yang mempertanyakan tudingan kecurangan yang dilontarkan kubu RIDO. “TSM? Kocak,” tulis akun @As******, disambut tawa warganet lainnya.

Beberapa komentar bahkan menyindir soal janji hadiah sayembara bukti kecurangan yang sebelumnya digaungkan tim RIDO.

“Dicurangin katanya. Sementara sayembara premi kecurangan kemarin apa udah ada yang dibayar?” cibir akun @po******.

Politik di Era Media Sosial

Kontroversi ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik. Kritik tajam, seperti yang dilontarkan Prof Sulfikar, bisa memperkeruh posisi pasangan calon yang sudah terdesak.

Namun, kubu RIDO tetap melanjutkan langkah hukum. “Kami hanya ingin keadilan ditegakkan. Jika ada indikasi pelanggaran, maka harus diselesaikan secara hukum,” ujar juru bicara tim sukses RIDO dalam konferensi pers terbaru.

Sementara itu, pasangan Pramono-Rano memilih untuk tidak menanggapi polemik tersebut. “Kami fokus ke visi membangun Jakarta, bukan pada drama,” ujar Rano Karno singkat.

Pilkada Jakarta 2024 tidak hanya menyisakan kemenangan politik, tetapi juga pertarungan narasi di media sosial yang semakin sengit. Apakah langkah hukum kubu RIDO mampu mengubah hasil? Atau justru semakin memperkuat kesan kekalahan mereka di mata publik? Kita lihat nanti. **