Siapa Azmi dan Bagaimana Perannya? SIMAK!
TRIBUNEPOS.COM – Nama Ismi Azkya mendadak viral setelah terseret dalam skandal dugaan penipuan intelektual terkait disertasi doktor Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia.
Sebagai asisten peneliti di Lembaga Demografi UI, Ismi kini dihadapkan pada tuduhan berat dari Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) yang merasa dicatut sebagai narasumber dalam disertasi tersebut tanpa persetujuan.
Dalam kasus yang terus menjadi sorotan publik ini, JATAM mengklaim bahwa wawancara yang mereka lakukan dengan Ismi hanya untuk penelitian pribadi, bukan untuk kepentingan disertasi Bahlil.
Skandal ini mencuat dari disertasi berjudul “Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia” yang diajukan Bahlil sebagai syarat meraih gelar doktor.
Namun, dalam sidang terbuka, JATAM merasa keberatan namanya muncul sebagai narasumber tanpa izin.
Ismi Azkya: Peneliti atau ‘Kaki Tangan’ Penguasa?
Melky Nahar, Koordinator Nasional JATAM, menyatakan bahwa wawancara yang dilakukan Ismi memang disetujui, tetapi hanya untuk penelitian pribadi.
“Kami tidak pernah memberikan persetujuan, baik secara tertulis maupun lisan, untuk menjadi informan bagi disertasi Bahlil,” tegas Melky.
Dalam pandangan JATAM, Ismi seharusnya terbuka soal tujuan wawancara, terutama jika memang untuk kepentingan ilmiah yang lebih luas.
Situasi semakin rumit ketika JATAM mencoba menghubungi Ismi untuk klarifikasi, tetapi justru mendapat respons yang dianggap tak memadai.
Dalam pesan singkatnya, Ismi menulis, “Sebelumnya mohon maaf, kak, saya kurang paham sejauh itu karena saya hanya diminta untuk bantu wawancara.”
Pernyataan ini justru membingungkan, seakan ia hanya bertindak atas instruksi tanpa memahami tujuan akhir wawancara.
Yang lebih mengkhawatirkan, ketika dua aktivis JATAM berusaha kembali menjangkau Ismi, kontak mereka justru diblokir.
Bukannya mendapat kejelasan, mereka hanya diberikan nomor seseorang yang tak dijelaskan identitasnya oleh Ismi.
Menurut Melky, hal ini memperkuat kecurigaan bahwa peran Ismi lebih besar dari sekadar “membantu wawancara”.
Skandal yang Merusak Reputasi Akademik
Sebagai lulusan Universitas Indonesia tahun 2022 yang kini bekerja di Lembaga Demografi UI, Ismi dihadapkan pada dilema besar. Tuduhan sebagai ‘kaki tangan’ dalam dugaan praktik perjokian disertasi mencoreng kredibilitas akademiknya yang baru saja dibangun.
“Kami menduga Ismi merupakan bagian dari praktik perjokian karya ilmiah untuk kepentingan disertasi Bahlil,” lanjut Melky.
Kasus ini membuka pertanyaan besar mengenai praktik etik di dunia akademik dan kerja sama antara pejabat publik dengan akademisi.
Apakah Ismi hanya “diminta bantuan” atau memiliki peran aktif dalam dugaan manipulasi data? Jawaban atas pertanyaan ini belum terungkap.
Menanti Klarifikasi
Hingga kini, Ismi Azkya belum memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan ini. Namun, jika terbukti terlibat, kasus ini dapat mencoreng nama baik dunia akademik Indonesia, terutama terkait etika penelitian.
Lembaga Demografi UI juga ikut disorot, mengingat reputasi akademis mereka dipertaruhkan dalam kasus yang terus mengundang atensi publik ini.
Dunia penelitian di Indonesia kini menantikan apakah kasus ini akan menjadi pelajaran mahal tentang pentingnya integritas akademik atau justru hanya sekadar skandal yang berlalu tanpa kejelasan. **
Berita ini dilansir dari sumber media democrazy.id dengan alamat link berita https://www.democrazy.id/2024/11/terkuak-dicurigai-jatam-jadi-joki.html?m=1&=0