Scroll untuk baca artikel
BeritaOgan IlirPilkadaPolitikSumsel

Isu Mosi Tidak Percaya Mengguncang PDI Perjuangan Ogan Ilir, Dukungan Partai ke Panca-Ardani Picu Konflik Internal

×

Isu Mosi Tidak Percaya Mengguncang PDI Perjuangan Ogan Ilir, Dukungan Partai ke Panca-Ardani Picu Konflik Internal

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi bendera PDI Perjuangan. (Dok. Tribunepos.umbaran.com/ Foto: Ist)

OGAN ILIR, TRIBUNEPOS.COM – Di tengah semakin memanasnya suhu politik jelang Pilkada Ogan Ilir, angin kencang berembus dari internal PDI Perjuangan.

Isu mosi tidak percaya terhadap Ketua DPC PDI Perjuangan Ogan Ilir mencuat, menyusul keputusan partai yang mendukung pasangan petahana Panca-Ardani, bukan kader internal, dalam kontestasi politik di Pilkada Ogan Ilir.

Di barisan akar rumput kader dan pengurus PDI Perjuangan Ogan Ilir, bisik-bisik ketidakpuasan sudah terdengar. Namun, kali ini suara itu semakin lantang.

“Banyak dari kami yang kecewa. Partai seharusnya mendukung kader sendiri, apalagi setelah putusan MK yang membuka peluang besar bagi kami,” ujar seorang pengurus partai yang meminta namanya dirahasiakan, kepada Tribunepos.com, Rabu (28/8/24).

Kekecewaan kader dan pengurus tak hanya bersifat emosional. Bagi mereka, keputusan mendukung Panca-Ardani dianggap sebagai pengkhianatan terhadap prinsip dasar pengkaderan yang menjadi landasan PDI Perjuangan selama ini.

“Kami ini kader yang telah berjuang dari bawah, tapi mengapa yang diusung malah orang luar?” imbuhnya dengan nada getir.

Ketidakpuasan ini tampaknya akan segera tumpah ke jalanan.

Beberapa pengurus, kader dan simpatisan partai, kabarnya tengah merencanakan aksi demonstrasi di depan kantor DPC PDI Perjuangan Ogan Ilir di KM 32 Timbangan, Indralaya.

Dalam aksi itu, mereka berencana membawa simbol protes dengan memberikan bra dan celana dalam wanita berwarna merah ke kantor DPC PDI Perjuangan Ogan Ilir.

Aksi ini tidak hanya dimaksudkan untuk menyentil, tetapi juga untuk menunjukkan rasa malu yang dirasakan kader atas keputusan partai yang dianggap tidak berpihak pada mereka (kader sendiri).

Pasangan calon bupati dan wakil bupati Ogan Ilir petahana Panca-Ardani mendapat dukungan dari PDI Perjuangan. (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, arus kecewa sudah terlihat, Kunyadi, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Ogan Ilir, menjadi salah satu yang bersuara paling vokal di tengah krisis ini.

Dalam wawancaranya dengan Tribunepos.com, ia mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka.

Menurutnya, keputusan partainya mendukung Panca-Ardani adalah bentuk kegagalan pengkaderan dalam tubuh partai.

“Bagaimana partai ini bisa berkembang jika masalah sebesar Pilkada tidak pernah dibahas dengan kader di tingkat bawah?” tanyanya retoris.

Ia mengungkapkan bahwa PDI Perjuangan Ogan Ilir memiliki sekitar 6.000 kader yang terdaftar sebagai pemegang Kartu Tanda Anggota (KTA).

“Ironisnya, tidak ada satupun dari mereka yang diusung sebagai calon bupati atau wakil bupati,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa kondisi ini mengisyaratkan dukungan partai hanya diberikan kepada pihak yang mampu membayar, bukan kepada kader loyal.

Narasi Foto: Pasangan petahana Panca-Ardani (berbaju batik) terlihat penuh semangat bersama Ketua DPC PDI Perjuangan Wahyudi Maruwan (berbaju hitam) dan Anggota DPRD Ogan Ilir Amir Hamzah (berbaju partai). Keempatnya tampak kompak memberikan isyarat jempol, menunjukkan dukungan penuh terhadap pencalonan Panca-Ardani dalam Pemilihan Kepala Daerah mendatang. Momen ini diabadikan di depan kantor DPC PDI Perjuangan Ogan Ilir di Indralaya, menandai semangat perjuangan dan kesatuan dalam barisan partai. (Foto: Istimewa)

Kekecewaan yang dirasakan Kunyadi dan kader-kader lainnya mencerminkan dilema yang dihadapi PDI Perjuangan di Ogan Ilir.

Keputusan mendukung pasangan petahana Panca-Ardani mungkin dipandang sebagai langkah pragmatis dalam menghadapi Pilkada yang kompetitif.

Namun, bagi para kader yang selama ini berjuang di bawah bendera partai, keputusan ini menyisakan luka yang dalam.

Mosi tidak percaya yang kini mencuat bukan hanya sekadar isu, tetapi juga tantangan bagi kepemimpinan partai di Ogan Ilir.

Di sisi lain, pemilih di wilayah ini dihadapkan pada pilihan yang semakin rumit, sementara bayang-bayang kekecewaan kader menggelayuti langkah politik PDI Perjuangan ke depan.

Apakah suara-suara protes ini akan mengguncang kursi Ketua DPC PDI Perjuangan Ogan Ilir, atau justru akan mereda seiring waktu?

Yang jelas, Pilkada kali ini tidak hanya menentukan nasib calon yang diusung, tetapi juga masa depan partai berlambang banteng mocong putih ini di Ogan Ilir. (*)