TRIBUNEPOS.COM – Di tengah kemiskinan hidup, Elsa (15), seorang siswi SMP di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menunjukkan keteguhan dan semangat yang patut dicontoh. Setiap hari, Elsa menempuh jarak 3,4 kilometer dengan berjalan kaki menuju SMPN 2 Maronge.
Keterbatasan ekonomi memaksanya untuk berangkat sangat pagi, sekitar pukul 5.30 WITA, demi mencapai sekolah tepat waktu.
Elsa selalu membawa bekal seadanya—sepotong ubi—yang disiapkan oleh ibu sambungnya.
Dalam beberapa kesempatan, ubi tersebut harus dijual Elsa agar ia bisa membeli nasi di sekolah.
“Bekal itu dari ibu untuk makan di sekolah, tapi kadang saya jual untuk beli nasi,” ungkap Elsa dilansir dari Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Senin (5/8/2024).
Elsa merupakan anak kedua dari pasangan Umar dan Jadut yang sudah lama berpisah. Ibu kandungnya kini bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Brunei Darussalam, dan sejak bertahun-tahun lalu, tidak ada kabar darinya.
“Saya ingin terus sekolah dan membanggakan orang tua,” ujarnya dengan penuh tekad. “Saya harus giat belajar agar bisa lulus dengan nilai bagus.”
Kisah Elsa viral setelah sebuah video diunggah oleh pemilik akun Facebook Amelia Lia, yang menggambarkan perjuangannya.
Berita tersebut menggugah kepedulian banyak pihak. Zubaidha, seorang guru di SMP dan wali kelas adik Elsa, turun tangan untuk memberikan bantuan.
Elsa menerima sepeda dan tabungan pendidikan sebesar Rp 5,3 juta. Dengan sepeda, perjalanan ke sekolah menjadi lebih singkat, hanya 30 menit.
“Saya sangat senang bisa mendapatkan sepeda dan tabungan ini,” kata Elsa, menghapus air mata harunya.
Bantuan tabungan pendidikan akan disalurkan setiap minggu melalui rekening yang disediakan Zubaidha, agar digunakan dengan bijak.
Bantuan juga datang dari masyarakat setempat yang memberikan kasur dan perlengkapan sekolah.
Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Abu Bakar, mengungkapkan bahwa keluarga Elsa sudah menerima berbagai bantuan sosial, seperti KIP, PKH, dan BLT.
“Saat ini, kami memberikan beasiswa untuk Elsa agar bisa melanjutkan pendidikan di Mataram,” kata Abu Bakar.
Umar, ayah Elsa, mengungkapkan rasa syukurnya. Ia tidak menyangka keluarganya mendapat perhatian dan bantuan dari berbagai pihak.
“Saya berharap Elsa bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saya bersyukur atas beasiswa ini,” ujar Umar, yang saat ini juga menghadapi kondisi kesehatan yang kurang baik.
Kisah Elsa adalah cerminan dari semangat juang yang tak tergoyahkan dalam menghadapi kesulitan hidup dan menunjukkan bagaimana bantuan sosial dapat mengubah nasib seseorang. Dengan dukungan yang ada, Elsa kini memiliki harapan baru untuk masa depannya. (*)
Jadilah bagian dari perjuangan Tribunepos, bangun Indonesia dengan Literasi!