Laporan Jurnalis: Komaria & Tri Andini Firdanti/ Tribunepos Ogan Ilir
OGAN ILIR, TRIBUNEPOS – Lahan pertanian di Desa Sakatiga, Kabupaten Ogan Ilir, kian sepi dari garapan. Dari sekitar 70 hektare sawah yang terbentang, kini hanya tersisa sekitar 15 persen yang masih digarap warga. Selebihnya, generasi baru desa ini lebih memilih jalan pendidikan tinggi ketimbang melanjutkan tradisi bertani.
“Dulu hampir semua keluarga di sini bertani. Sekarang tinggal sedikit,” kata Herman, Kepala Desa Sakatiga, saat ditemui Tribunepos, Senin (22/9/25).
Perubahan pola hidup ini kian terasa dalam satu dekade terakhir. Jika dulu sawah menjadi penopang utama ekonomi keluarga, kini banyak orang tua di desa mendorong anak-anak mereka menempuh pendidikan tinggi. Bahkan, ada yang melanjutkan studi hingga ke luar negeri, seperti Yordania.
Hasilnya tampak jelas. Dari desa ini lahir beragam sarjana yang kini berkarier sebagai pegawai negeri, dokter, dosen, hingga tenaga profesional di kota besar.
“Masyarakat percaya pendidikan bisa mengangkat derajat hidup lebih baik,” ujar Herman.
Namun, pergeseran itu menimbulkan konsekuensi lain, tenaga tani semakin langka. Generasi tua masih setia mengolah tanah, sementara anak muda lebih betah meniti jalan karier di luar desa.
Pertanian yang dulu menjadi denyut utama kehidupan Sakatiga, kini tinggal menjadi pekerjaan sampingan sebagian kecil warga.
Kondisi ini menegaskan dilema khas desa yang sedang bertransformasi, antara menjaga warisan agraris atau menatap masa depan lewat pendidikan.
Desa Sakatiga seolah berada di persimpangan jalan, dengan sawah yang menyusut di satu sisi, dan semangat mengejar ijazah di sisi lain. **