Scroll untuk baca artikel
BeritaBerita UtamaDaerahDesaNasionalOgan IlirSumselViral

Maila Warga Tanjung Atap Barat, Bertahan Hidupi Dua Anak dari Upah Buruh Tebu Rp30 Ribu, Tiga Tahun Tak Lagi Terima PKH

×

Maila Warga Tanjung Atap Barat, Bertahan Hidupi Dua Anak dari Upah Buruh Tebu Rp30 Ribu, Tiga Tahun Tak Lagi Terima PKH

Sebarkan artikel ini
Maila (37), seorang ibu miskin dua anak di Desa Tanjung Atap Barat, Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir. (Foto: Recita & Reval/ Tribunepos)
Laporan: Recita dan Reval/ Jurnalis Magang Tribunepos

OGAN ILIR, TRIBUNEPOS Hidup tak selalu berpihak pada Maila (37), seorang ibu dua anak di Desa Tanjung Atap Barat, Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir. Sejak suaminya meninggal dunia, Maila harus memikul tanggung jawab penuh menafkahi keluarganya. Dengan upah Rp30 ribu sebagai buruh harian kebun tebu, ia berjuang keras menghidupi dua anaknya.

“Kalau setengah hari kerja cuma dapat Rp30 ribu. Untuk kebutuhan anak-anak jelas sangat kurang,” tutur Maila saat ditemui Tribunepos, Jumat, 22 Agustus 2025.

Maila tidak sendiri. Sang ibu turut membantu mencukupi kebutuhan cucu-cucunya, meski kondisi ekonomi keluarga juga serba terbatas.

“Alhamdulillah masih ada orang tua yang bisa bantu sedikit-sedikit,” katanya lirih.

Kisah getir Maila semakin terasa ketika membicarakan bantuan pemerintah. Ia mengaku terakhir kali menerima Program Keluarga Harapan (PKH) sekitar tiga tahun lalu. Setelah itu, namanya hilang dari daftar penerima dengan alasan sudah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.

“Padahal saya tidak pernah merasa punya BPJS Ketenagakerjaan. Tapi pas dicek ke dinas, nama saya masih tercantum sebagai penerima PKH. Jadi bingung, kenapa sudah tiga tahun tidak ada lagi bantuan,” ujarnya.

Maila berharap pemerintah desa, pemerintah daerah maupun pusat memberi perhatian khusus kepada warga miskin yang rentan seperti dirinya.

“Saya cuma ingin ada kebijakan, supaya anak-anak saya bisa hidup lebih layak. Kalau bisa dapat bantuan lagi, tentu sangat membantu,” kata Maila.
Kondisi rumah Maila (37), warga miskin di Desa Tanjung Atap Barat, Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir. (Foto: Recita & Reval/ Tribunepos)

Maila berharap pemerintah segera melakukan verifikasi ulang data penerima PKH dan program bantuan sosial lain, agar tidak ada warga miskin yang terlewat.

“Semoga bisa lebih adil, karena kami betul-betul membutuhkan,” katanya.

Kisah Maila bukan satu-satunya kisa di pelosok Ogan Ilir. Data ganda, kesalahan teknis, hingga lemahnya verifikasi kerap membuat bantuan sosial tidak tepat sasaran. Bila tidak segera ditangani, masalah ini berpotensi menambah jurang ketimpangan sosial di desa-desa.

Kasus Maila hanyalah satu dari banyak potret warga miskin yang terpinggirkan oleh data bantuan sosial yang semrawut. Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan verifikasi ulang, agar program bantuan benar-benar menyasar masyarakat yang berhak menerimanya.

Semoga harapan Maila dan ibu-ibu miskin lainnya didengar oleh Bupati Ogan Ilir, Panca Wijaya Akbar, sehingga mau turun tangan memberikan solusi. **