Scroll untuk baca artikel
ArtikelBeritaDesaOgan IlirSejarah

Mengenal Sejarah Desa Rantau Panjang Ogan Ilir dari Masa ke Masa

×

Mengenal Sejarah Desa Rantau Panjang Ogan Ilir dari Masa ke Masa

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi foto desa di Rantau Panjang. (Dok. Tribunepos.umbaran.com)

OGAN ILIR, TRIBUNEPOS.COM – Menelusuri sejarah Desa Rantau Panjang, kita diajak menyusuri perjalanan panjang sebuah kawasan yang dulu dikenal sebagai Lebak atau Rawang, hamparan rawa-rawa luas yang tak berpenghuni.

Tempat ini, dulunya dihiasi dengan berbagai tanaman sayuran dan dipenuhi ikan-ikan yang melimpah di perairannya, kini telah berubah menjadi desa yang subur dan produktif berkat kerja keras para penduduknya.

Pada masa lampau, Lebak Rawang merupakan lahan pertanian tadah hujan yang membentang luas dari Tanjung Raja hingga Plaju, SP Padang, Pemulutan, dan Indralaya.

Para petani dari desa-desa di sekitar Sungai Ogan seperti Ulak Kerbau, Kerinjing, dan Talang Balai menggarap lahan-lahan subur ini.

Sungai Ogan, yang mengalir dari Ulu Ogan di Baturaja hingga ke Pemulutan, menjadi urat nadi kehidupan mereka.

Dulunya, Lebak Rawang adalah area yang kaya akan sumber daya alam. Lahan-lahannya yang subur menjadi surga bagi petani, sementara perairannya yang dalam menjadi rumah bagi beragam jenis ikan.

Petani yang datang dari Ulak Kerbau sering menyebut perjalanan mereka ke Lebak Rawang sebagai “ke laut,” mengikuti arus sungai yang membawa mereka ke lahan yang subur ini.

Penggalian Terusan Bujang

Salah satu momen penting dalam sejarah pertanian daerah ini adalah penggalian Terusan Bujang pada tahun 1895.

Dipimpin oleh Pangeran Liting, kepala Marga Pegagan Ilir Suku Dua, terusan ini digali secara gotong-royong oleh masyarakat setempat untuk mengairi sawah-sawah di sekitar Lebak Rawang.

Kini, Terusan Bujang dikenang sebagai nama Desa Terusan Bujang di Kecamatan Pemulutan, menjadi simbol penting dari perjuangan para penduduk dalam memanfaatkan sumber daya alam mereka.

Foto jembatan yang berada di kecamatan Rantau Panjang. (Dok. Tribunepos.umbaran.com)

Munculnya Dusun Rantau Panjang

Sekitar tahun 1900, kawasan Lebak Rawang mulai menarik minat banyak keluarga untuk menetap dan menggarap lahan di sana.

Dusun Rantau Panjang pun mulai terbentuk, ditandai dengan perkembangan pasar tradisional Kalangan Kamis yang menjadi pusat ekonomi setempat.

Pasar ini sangat ramai pada tahun 1970-an hingga 1980-an, menjadi saksi dari perkembangan ekonomi dan sosial desa ini.

Seiring berjalannya waktu, keluarga-keluarga baru datang dan menetap di dusun ini. Mereka membawa serta budaya, tradisi, dan kebiasaan dari daerah asal mereka, menciptakan sebuah komunitas yang beragam namun tetap bersatu dalam semangat kebersamaan.

Setiap Kamis, pasar tradisional ini menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dan petani dari berbagai daerah, menjual hasil bumi mereka dan membeli kebutuhan sehari-hari.

Perkembangan Infrastruktur dan Pendidikan

Seiring dengan perkembangan ekonomi, infrastruktur di Desa Rantau Panjang pun mulai mengalami peningkatan. Jalan-jalan utama yang menghubungkan desa dengan daerah-daerah sekitarnya diperbaiki, memudahkan mobilitas dan transportasi hasil pertanian.

Selain itu, fasilitas umum seperti sekolah dan pusat kesehatan juga mulai dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang.

Pada tahun 2007, desa ini dimekarkan menjadi dua bagian, yaitu Rantau Panjang Ilir dan Rantau Panjang Ulu, untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk dan pengelolaan administrasi yang lebih baik.

Pemekaran ini diusulkan oleh Syaiful Usman, yang juga dikenal sebagai Saiful Rapanoi, seorang penulis sejarah yang mendedikasikan dirinya untuk mencatat perkembangan desa ini.

Dengan adanya pemekaran ini, pelayanan publik di Desa Rantau Panjang menjadi lebih terorganisir dan efisien.

Di bidang pendidikan, Desa Rantau Panjang telah memiliki beberapa sekolah yang menyediakan pendidikan dasar hingga menengah bagi anak-anak setempat.

Keberadaan sekolah-sekolah ini tidak hanya meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, tetapi juga membuka peluang bagi generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Para guru di sekolah-sekolah ini, dengan dedikasi dan komitmen mereka, berperan penting dalam membentuk karakter dan pengetahuan para siswa.

Pemekaran dan Modernisasi

Maka Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanjung Raja dimekarkan menjadi Kecamatan Rantau Panjang, yang digagas oleh Kol. Drs. H. Soepardi Rapanoi.

Pada saat itu beliau menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Sumsel dan dengan penuh perjuangan yang gigih, maka jadilah Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Ogan Ilir, hasil pemekaran dari Kecamatan Tanjung Raja.

Kecamatan Rantau Panjang ini mencakup delapan desa yang kemudian berkembang dengan tambahan empat desa hasil pemekaran, sehingga menjadi dua belas desa yang ada di wilayah ini:

Nama-nama desa di kecamatan Rantau Panjang:

1. Kotadaro I
2. Kotadaro II
3. Arisan Deras (Pemekaran)
4. Ketapang I
5. Ketapang II (Pemekaran)
6. Jagolano
7. Rantau Panjang Ilir
8. Rantau Panjang Ulu (Pemekaran)
9. Jagorajo
10. Sejangko I
11. Sejangko II (Pemekaran)
12. Sungai Rotan (Sebelumnya Kec. Indralaya)

Seiring dengan pemekaran kecamatan, maka terjadilah pemekaran desa karena luas wilayah serta jumlah penduduk Desa Rantau Panjang yang sesuai untuk dimekarkan.

Maka mekarlah Desa Rantau Panjang menjadi dua desa, yaitu Rantau Panjang Ulu dan Rantau Panjang Ilir.

Nama-nama desa tersebut diusulkan oleh penulis sejarah desa ini, Syaiful Usman (Saiful Rapanoi), pada saat musyawarah pembagian wilayah desa di kediaman Kades H. Marzuki Malihon beberapa waktu yang lalu (2007).

Menurut penulis, nama Rantau Panjang Ilir dan Rantau Panjang Ulu sangat tepat dan jelas, sesuai dengan letak geografisnya.

Jika diberi nama Rantau Panjang 1 dan Rantau Panjang 2, atau Rantau Panjang Lama dan Rantau Panjang Baru yang diusulkan oleh peserta musyawarah, pada akhirnya orang masih akan bertanya-tanya mana yang 1 dan mana yang 2, atau mana yang lama dan mana yang baru.

Desa Rantau Panjang ini didirikan sekitar 120 tahun yang lalu, sekitar tahun 1900. Berikut nama-nama kepala desa (Kerio/Kades) Rantau Panjang dari masa ke masa:

1. Yaumid (1900-1920)
2. Sago (1921-1930)
3. Muzir bin Saam (1931-1940)
4. Idrus (1941-1946)
5. H. Hamid (1947-1950)
6. M. Zen Muzir (1951-1960)
7. Basri H. Ece (1961-1979)
8. Abdullah Manaf (1980-1981)
9. M. Zen H. Zamir (1982-1985)
10. A. Hanan Basri (1986-2002)
11. H. Marzuki Malihon (2003-2008)

Nama-nama pemuka agama, khatib/P3N Desa Rantau Panjang dari masa ke masa:

– Penghulu Abdul Aziz
– Khatib Arsyad
– Khatib Husin
– Khatib Syarkowi H. Zaini
– Khatib Zakri Sahiman
– Khatib Bayumi Syaari
– Khatib Hasanudin HR

Nama-nama Kepala SDN 01 Rantau Panjang dari masa ke masa:

1. Anwar
2. Rohmatullah
3. Tom
4. Assaari (1957-1960)
5. Kgs Mansyur (1960-1963)
6. M. Yahya (1963-1965)
7. Abd Rasyid Kowi (1965-1976)
8. Menasir (1976-1981)
9. Abd Kadir HS (1981-1987)
10. M. Fauzi (1987-1989)
11. Nuroni Lihan (1989-1999)
12. Moh Zabidi (1999-2005)
13. Drs Iliphan (2005-2007)
14. Rusli H. Ahmad (2007-2016)
15. Haryati Indrawati (2016-2017)
16. Hairudin S.Pd. (2018-2023)
17. Neliayati S.Pd (2023-sekarang)

Nama-nama Kepala SMPN 1 Rantau Panjang dari masa ke masa:

1. Warsono S.Pd. (2006-2007)
2. Mohd. Zabidi Usman S.Pd. (2007-2014)
3. Raudho S.Pd. (2014-2015)
4. A. Halim S.Pd. (2015-2022)
5. Hipni Nuri S.Pd. (2022-sekarang)

(*)

  • Artikel tulisan ini disadur dari tulisan penulis Saiful Rapanoi