Laporan Jurnalis: Recita dan Reval/ Tribunepos Ogan Ilir
OGAN ILIR, TRIBUNEPOS – Cat dinding terkelupas, logam berkarat, kursi penumpang penuh debu. Itulah pemandangan di Stasiun Kertalaya, Tanjung Pering, Ogan Ilir, yang kini sunyi dan terbengkalai.
Jalur kereta api yang dahulu menjadi tumpuan mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) untuk berangkat dari Kertapati, Palembang ke Indralaya, kini hanya menyisakan rangkaian gerbong kusam yang tak lagi beroperasi.
“Sejak pandemi 2020, kereta mahasiswa ini berhenti jalan. Awalnya karena kampus sepi, lama-lama benar-benar mati,” ujar Sahrul, warga setempat saat diwawancarai Tribunepos, Kamis (28/8/25).
Dibuka lebih dari satu dekade lalu, kereta khusus mahasiswa sempat menjadi moda transportasi favorit. Tarifnya terjangkau, dan dianggap solusi dari padatnya jalan lintas Palembang–Indralaya.
Namun, layanan itu surut setelah pandemi Covid-19 membatasi aktivitas kampus. Jumlah penumpang merosot, operasional dihentikan bertahap, hingga akhirnya berhenti total sekitar 2020.
Pantauan di lapangan menunjukkan bangunan stasiun dibiarkan tanpa perawatan. Besi rel berkarat, ruang tunggu rusak, dan loket tiket kosong. Tak ada tanda-tanda aktivitas selain rumput liar yang tumbuh di sekitar jalur.
Sahrul warga setempat yang sering berada di sana menilai, aset itu tidak seharusnya dibiarkan mangkrak. Menurutnya, pemerintah daerah, pihak kampus, dan PT KAI seharusnya bisa duduk bersama untuk menghidupkan kembali fungsi stasiun.
“Kalau tidak bisa untuk kereta, minimal stasiun ini dijadikan ruang publik, tempat komunitas belajar, atau kegiatan warga,” katanya.
Revitalisasi, kata Sahrul, bukan hanya untuk nostalgia transportasi mahasiswa, tapi juga menjaga agar fasilitas publik tidak lenyap begitu saja. Hingga kini, belum ada kabar tindak lanjut dari pemerintah maupun PT KAI mengenai nasib Stasiun Kertalaya.
Sebagai informasi, Railbus Kertalaya pertama kali beroperasi pada 2008, dibeli Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan era Syahrial Oesman dari PT INKA.
Rangkaian ini terdiri dari tiga kereta dengan desain unik menyerupai TGV Prancis, berkapasitas 258 penumpang, dan dilengkapi pendingin udara.
Tarifnya hanya Rp 3.000, menjadikannya moda favorit mahasiswa Unsri untuk perjalanan 25,8 kilometer dari Kertapati, Palembang ke Indralaya dalam waktu sekitar 30 menit.
Namun kejayaannya singkat. Sejak 2019 railbus berhenti beroperasi. Kala itu, layanan diganti dengan bus Transmusi rute Palembang–Indralaya, tapi hanya bertahan sebentar hingga akhir 2019.
Setelah pandemi Covid-19 melanda, jalur Kertalaya benar-benar mati. Hingga kini belum ada kepastian apakah pemerintah provinsi atau PT KAI akan mengaktifkannya kembali.
Dengan sejarah panjang dan investasi besar, railbus Kertalaya kini justru jadi simbol kegagalan pengelolaan transportasi publik. **












