OPINI
Oleh: Afriantoni (Dosen UIN Raden Fatah Palembang)
TRIBUNEPOS.COM – Kota Palembang, terletak di bagian selatan Sumatera, Indonesia, telah lama dikenal dengan julukan “Venice of The East” atau “Venesia dari Timur,” yang pertama kali diucapkan oleh Belanda saat menduduki Palembang pada masa penjajahan. Analogi ini menggambarkan karakteristik geografis kota yang dilintasi oleh banyak aliran sungai, serta menyoroti potensi dan tantangan unik dalam mengelola perkotaan yang didominasi oleh air.
Sebagai pusat perdagangan dan budaya sejak zaman dahulu, Palembang menghadirkan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana perkotaan modern dapat mengintegrasikan dan memanfaatkan sumber daya air sebagai aset utama pembangunan kota yang berkelanjutan.
Sejak berabad-abad yang lalu, sungai-sungai seperti Sungai Musi telah menjadi urat nadi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Palembang.
Seperti Venesia, sistem transportasi air di Palembang tidak hanya memfasilitasi perdagangan dan transportasi, tetapi juga menjadi elemen sentral dalam identitas kota tersebut.
Sejarah panjang Palembang sebagai pusat perdagangan rempah-rempah telah menciptakan jaringan sungai yang kompleks dan menghubungkan berbagai wilayah, mirip dengan jaringan kanal di Venesia yang menghubungkan berbagai pulau dan distrik kota.
Menurut Sutopo (2020), “Sungai-sungai di Palembang tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari yang terintegrasi dengan aktivitas ekonomi dan budaya kota.”
Ini menunjukkan bagaimana Palembang, seperti Venesia, telah mengembangkan cara hidup yang unik di sekitar sumber daya air mereka.
Dengan belajar dari pendekatan Venesia dalam mengelola kanal dan mempromosikan pariwisata berkelanjutan, Palembang dapat menemukan strategi baru untuk meningkatkan kualitas hidup warganya serta daya tarik kota sebagai tujuan wisata internasional.
Dengan demikian, Palembang menawarkan wawasan menarik tentang pentingnya memelihara dan mengelola sistem perairan dalam konteks urbanisasi modern.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/07/IMG-20240729-WA0035.jpg)
Palembang dan Venesia
Membaca Kota Palembang, Indonesia dan Kota Venesia, Italia memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yang menarik. Persamaan utama antara kedua kota ini adalah keduanya dikenal dengan jaringan kanal-kanal air yang melintasi kota.
Di Palembang, Sungai Musi menjadi ikon dan pusat kehidupan kota, menyediakan jalur transportasi dan sumber daya yang vital bagi penduduknya.
Sementara itu, Venesia terkenal dengan kanal-kanal yang berfungsi sebagai jalan raya utama untuk transportasi dan pariwisata, di mana perahu-perahu gondola dan vaporetto menjadi sarana transportasi utama yang menambah daya tarik kota ini.
Menurut Pasini et al. (2021), “Keberhasilan Venesia dalam mempertahankan keindahan dan fungsi ekologisnya terletak pada komitmen yang kuat terhadap pelestarian warisan budaya dan alam, serta integrasi yang baik antara pengembangan urban dan konservasi lingkungan.”
Hal ini dibuktikan dengan sistem kanal dan transportasi airnya yang unik, memberikan banyak pelajaran berharga bagi Palembang.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/07/IMG-20240729-WA0036.jpg)
Enaknya festival ini adalah Sungai Musi jadi semarak oleh berbagai macam warna, bukan karena sungaimya dicat warna warni tapi oleh kapal-kapalnya yang warna warni, seru kan!! (Dok. Tribunepos.umbaran.com)
Salah satu aspek penting dari pengelolaan perkotaan yang berkelanjutan adalah integrasi antara infrastruktur fisik dan kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang sehat dan aman. Venesia telah berhasil mempertahankan warisan budayanya yang unik sambil menyesuaikan diri dengan tantangan modern seperti perubahan iklim dan pariwisata massal.
Selain itu, baik Palembang maupun Venesia memiliki warisan budaya yang kaya dan menjadi tujuan wisata populer. Palembang, dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya, memiliki berbagai situs bersejarah seperti Benteng Kuto Besak dan Masjid Agung Palembang. Kebudayaan Melayu yang kuat juga tercermin dalam seni, kuliner, dan tradisi lokal.
Di sisi lain, Venesia memiliki arsitektur bersejarah yang megah, termasuk bangunan-bangunan seperti Basilica di San Marco dan Istana Doge. Festival-festival seperti Karnaval Venesia menarik wisatawan dari seluruh dunia, menjadikan kota ini sebagai pusat budaya dan sejarah Eropa.
Namun, ada perbedaan signifikan antara keduanya. Venesia terkenal dengan arsitektur Renaisans dan kanal-kanalnya yang unik dimana gondola menjadi daya tarik utama, memberikan pengalaman romantis yang khas. Arsitektur Venesia sangat dipengaruhi oleh sejarah maritim dan perdagangan, menghasilkan gaya yang khas dan megah.
Sementara itu, Palembang memiliki karakteristik arsitektur yang lebih dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Islam, dengan bangunan-bangunan seperti rumah limas dan masjid-masjid yang menunjukkan kekayaan sejarah dan budaya lokal.
Secara geografis, Venesia adalah kota yang dibangun di atas laguna di Laut Adriatik, memberikan tantangan tersendiri dalam hal pelestarian lingkungan dan bangunan bersejarah. Kondisi ini menjadikan Venesia sebagai kota yang sangat unik dengan keindahan alam dan tantangan lingkungan yang khas.
Sementara, Palembang terletak di dataran rendah yang subur di tepi Sungai Musi, memberikan kota ini keuntungan dalam hal sumber daya alam dan pertanian.
Sungai Musi tidak hanya menjadi jalur transportasi tetapi juga mendukung kehidupan ekonomi dengan kegiatan perikanan dan perdagangan.
Kedua kota ini, meskipun memiliki karakteristik unik masing-masing, menunjukkan bagaimana air dapat membentuk identitas dan kehidupan sebuah kota.
Palembang dan Venesia sama-sama memanfaatkan kehadiran air sebagai elemen penting dalam perkembangan dan kehidupan sehari-hari mereka.
Baik itu melalui kanal-kanal, sungai, atau laguna, keduanya mencerminkan bagaimana adaptasi terhadap lingkungan dapat menciptakan kota-kota yang indah dan bersejarah, menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/07/IMG-20240729-WA0037.jpg)
kapal-kapal seperti ini lalu akan menuju kampung-kampung di hulu dan hilir Sungai Musi, membawa sembako, gas elpiji, dan lain-lain seperti tedmon dan motor. Kapalnya sendiri warna warni, semarak!!. (Dok. Tribunepos.umbaran.com)
Palembang dan Pembangunan
Pembangunan Kota Palembang harus terus berlangsung, walaupun menghadapi banyak tantangan serius dalam mengelola sumber daya alamnya secara sistematik, berkelanjutan, dan berorientasi pembentukan budaya masyarakat.
Untuk kota Palembang telah terjadi pertumbuhan urbanisasi dan modernisasi telah menempatkan tekanan besar pada ekosistem sungai dan infrastruktur kota.
Sehingga, pencemaran air, penurunan kualitas air sungai, dan konflik penggunaan lahan adalah beberapa dari banyak masalah yang perlu diatasi untuk memastikan bahwa Palembang dapat terus memanfaatkan potensi sungainya tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.
Beberapa sumber menyebut pada zaman dahulu Palembang memiliki sekitar 300 sungai, namun kini tinggal sekitar 97 sungai. Beberapa sungai telah ditimbun untuk kepentingan pembangunan sejak sebelum kemerdekaan, sebut saja Sungai Tengkuruk yang kini menjadi jalan dan Pertokoan Tengkuruk.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Kota Palembang dalam membangun Kota Palembang agar dapat berjajar dengan kota Venesia.
Dengan belajar secara maknawi dari Kota venesia, maka konsep ini secara tidak langsung akan mengatasi lima persoalan penting yakni kemiskinan, pengangguran, kebanjiran, kemacetan, dan kesehatan masyarakat.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/07/IMG-20240729-WA0034.jpg)
Menurut Djamaluddin (2019), “Pengelolaan sungai di Palembang harus memperhatikan aspek-aspek ekologi, sosial, dan ekonomi untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan urbanisasi dan kelestarian lingkungan.”
Ini menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan terintegrasi sangat penting untuk menjaga keseimbangan tersebut. Hal ini berarti bahwa dari Venesia, Palembang dapat mengambil beberapa langkah-langkah yang sederhana dan visioner untuk lima puluh tahun ke depan agar dapat meningkatkan pengelolaan sungai dan membangun kota yang lebih berkelanjutan dan memiliki visi berbasiskan sungai.
Pertama, integrasi perencanaan kota dan pengelolaan sungai perlu dilakukan dengan mengembangkan rencana tata ruang kota yang mengintegrasikan penggunaan lahan, infrastruktur transportasi, dan konservasi alam.
Hal ini akan membantu memastikan bahwa setiap aspek pembangunan kota mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem sungai dan lingkungan sekitarnya.
Kedua, pemberdayaan masyarakat harus menjadi prioritas, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan program-program pelestarian lingkungan.
Partisipasi aktif dari masyarakat akan menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberlanjutan lingkungan.
Ketiga, inovasi teknologi juga perlu dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan ini. Teknologi canggih dapat digunakan untuk monitoring dan pengelolaan kualitas air sungai serta sistem transportasi air yang efisien.
Dengan teknologi yang tepat, pemerintah dan masyarakat dapat lebih mudah mengidentifikasi masalah dan mengambil tindakan cepat untuk mengatasinya. Keempat, pendidikan dan kesadaran lingkungan harus ditingkatkan.
Kampanye edukasi dan program-program kesadaran lingkungan dapat membantu masyarakat memahami pentingnya pelestarian lingkungan dan kebersihan sungai, sehingga mereka lebih termotivasi untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam ini.
Selain keempat hal, tersebut, untuk membangun Palembang sebagai kota yang berkelanjutan dan mendekati perwujudan seperti kota Venesia yang berbasis sungai, maka langkah-langkah konkret yang dapat diambil meliputi peningkatan infrastruktur sungai, revitalisasi kawasan tepian sungai, dan pengembangan pariwisata berbasis air.
Pertama, infrastruktur sungai perlu ditingkatkan melalui pembersihan dan normalisasi aliran sungai untuk mencegah banjir serta pembangunan dermaga-dermaga yang modern.
![](https://tribunepos.umbaran.com/wp-content/uploads/2024/07/IMG-20240729-WA0038.jpg)
Selanjutnya dapat juga dengan penataan secara bertahap kawasan tepian sungai dengan cara merevitalisasi taman-taman, jalur pejalan kaki, dan area rekreasi yang ramah lingkungan, yang juga dapat berfungsi sebagai ruang publik.
Kemudian dapat juga dengan mengembangkan pariwisata berbasis air dengan menambahkan berbagai mempromosikan wisata perahu, festival budaya, dan acara-acara seni di sepanjang sungai untuk menarik wisatawan dan meningkatkan ekonomi lokal.
Dengan mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan dan budaya dalam pembangunan kota, Palembang dapat mencapai visi menjadi kota sungai yang maju dan menuju sebuah opini publik sebagai Venesia dari Timur.
Dari uraian di atas, usaha mewujudkan Palembang sebagai “Venesia dari Timur” memiliki peluang sangat besar untuk menjadi contoh bagaimana sebuah kota dapat mengintegrasikan warisan budaya dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Dengan mempelajari pengalaman Venesia dan menerapkan program, prinsip, dan kegiatan yang relevan, Palembang dapat mengatasi berbagai tantangan hari ini dan membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi penduduknya.
Langkah-langkah yang diulas di atas tidak hanya akan membantu melestarikan ekosistem sungai tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat Palembang secara keseluruhan. (*)