Laporan Jurnalis: Ade S Husein/ Tribunepos Ogan Ilir
OGAN ILIR, TRIBUNEPOS — Petani karet di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Payaraman, Ogan Ilir, Sumatera Selatan mengeluhkan dua persoalan klasik yang hingga kini belum teratasi, kelangkaan pupuk dan harga karet yang fluktuatif.
Kondisi ini membuat pendapatan mereka tidak menentu, sementara kebutuhan perawatan kebun terus berjalan.
Samyar (53), salah satu petani karet di desa itu, mengatakan harga getah karet bisa berubah setiap minggu.
“Kadang naik, kadang turun, tergantung tengkulak. Kita tidak bisa prediksi pendapatan, karena harga ditentukan mereka,” ujarnya kepada Tribunepos, Kamis (28/8/2025).
Karet hasil sadapan biasanya langsung dijual ke tengkulak yang datang ke kebun. Mekanisme ini membuat petani tidak memiliki posisi tawar. Harga anjlok, petani merugi, harga naik, keuntungan tetap tipis karena biaya perawatan kebun kian membengkak.
Persoalan lain datang dari kelangkaan pupuk, terutama saat musim gugur daun karet. Pada periode ini, pupuk sangat dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan getah. Namun, pasokan dari distributor justru terbatas.
“Kalau pupuk susah, produksi getah juga menurun. Jadi, makin berat bagi petani,” kata Samyar.
Kondisi tersebut memaksa petani bertahan dalam ketidakpastian. Mereka berharap pemerintah turun tangan, baik dengan menjamin ketersediaan pupuk maupun menjaga stabilitas harga karet. Intervensi itu dianggap penting agar petani tidak terus-menerus menjadi pihak paling dirugikan dalam rantai distribusi karet.
Diskusi informal antarpetani di Tanjung Lalang belakangan menguatkan satu harapan, adanya kebijakan nyata yang berpihak pada petani karet.
“Kami tidak minta harga terlalu tinggi, yang penting stabil. Supaya kami bisa rencanakan biaya sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari,” pungkas Samyar.
**