Laporan: Recita dan Reval/ Jurnalis Magang Tribunepos
OGAN ILIR, TRIBUNEPOS – Di sebuah rumah sederhana di Desa Tanjung Atap Barat, lima bersaudara menjalani hari-harinya dalam keterbatasan. Ayah mereka meninggal dunia pada 2017. Sang ibu, yang menikah lagi pada 2022, kian jarang menoleh. Sejak itu, kehidupan anak-anak ini bergantung pada belas kasih kerabat dan tetangga.
“Sehari-hari kebutuhan mereka saya dan Pak Afrizal yang menanggung,” kata Zuridah, tetangga yang juga kerabat dekat, saat ditemui Tribunepos, Jumat (22/8/25).
Sesekali, ibu kandung mereka masih mengirim uang Rp50 ribu, namun tidak rutin.
Kehidupan kian berat sejak Akbar, salah satu anak, mengalami kecelakaan pada 2019. Tubuhnya terbakar dan membuatnya harus berhenti sekolah.
“Sejak itu dia tak bisa lagi melanjutkan pendidikan,” ujar Zuridah.
Sementara sang kakak yang sudah bekerja pun hanya bisa membantu seadanya.
Pemerintah pernah memberikan bantuan melalui program keluarga harapan (PKH). Namun, hingga kini, kebutuhan sehari-hari masih jauh dari cukup.

Zuridah berharap pemerintah daerah, khususnya Bupati Ogan Ilir, Panca Wijaya Akbar dapat memberikan perhatian lebih.
“Mereka masih sekolah, masih butuh makan, butuh masa depan. Jangan sampai nasib mereka hilang begitu saja,” katanya lirih.
Bagi keluarga miskin ini, uluran tangan bukan hanya soal bertahan hidup, tapi juga membuka harapan untuk melanjutkan pendidikan dan menata masa depan mereka. **